JAKARTA, FAJAR – Pasar dalam negeri berpotensi besar. Perbankan pun mengambil peran di dalamnya.
PADA kuartal pertama tahun ini, belanja dalam negeri pemerintah akan mencapai Rp250 triliun. Persentasenya di angka 20,44 persen dari dari keseluruhan belanja domestik pemerintah di tanah air. Angka keseluruhan Rp1.223 triliun.
Dengan demikian, APBN 2024 diharapkan menggerakkan transaksi di dalam negeri. Kiat ini akan efektif di tengah resesi ekonomi yang menghantam sejumlah negara maju, semisal Inggris dan Jepang. Belum lagi APBD yang juga menggerakkan ekonomi lokal.
Perbankan pun mendukung aneka belanja itu. Terlebih dengan meningkatnya sistem layanan digital saat ini. Termasuk transaksi di perbankan syariah, layanan e-channel terus membaik.
Dari segi pemanfaatan teknologi, misalnyam, Bank Syariah Indonesia (BSI) sudah sangat pesat. Terlihat dari jumlah pengguna BSI Mobile mencapai 6,3 juta orang.
“Dan untuk pembukaan rekening online on boarding (OOB) mencapai 86 persen,” tutur Anton Sukarna, Direktur Sales and Distribution BSI, kemarin.
Untuk meningkatkan layanan di seluruh Indonesia, BSI telah memiliki lebih dari 1.100 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, 2.564 mesin ATM, dan 86.200 agen laku pandai BSI Smart.
Nah, dukungan BSI dan lintas bank di tanah air diharapkan mampu menopang target transaksi dalam negeri. APBD dan APBN merupakan dua sumber sirkulasi dana yang bisa menggerakkan moneter nasional.
“Target kita pada kuartal pertama tahun ini bisa mencapai angka Rp250 triliun (belanja pemerintah, red),” ujar Agus Gumiwang Kartasasmita yang Menteri Perindustrian (Menperin) dikutip Jawa Pos (grup FAJAR).