Maka, Munir pun dipilih sebagai pemateri dalam talkshow kali ini. Ia menceritakan pengalamannya pasca operasi tranplantasi ginjal kepada masyarakat dan pengunjung mal yang hadir.
Aktivitas sehari-hari, sudah bisa dilakukannya sendiri tanpa dibantu. Yang paling terasa adalah, berkurangnya jadwal cuci darah.
“Selama sembilan tahun terakhir, harus cuci darah tiga kali sepekan. Setelah transplantasi, dokter menyarankan hanya sekali sebulan,” terangnya.
Munir tetap harus memperbanyak istirahat. Bahkan demi menjaga kualitas tidurnya, untuk sementara ia terpisah kamar dengan sang istri. Itu dilakukan agar ia tidak terganggu.
Sementara untuk kerjaannya sebagai nelayan, saat ini masih belum boleh dilakukan. Alhasil, Munir mencari nafkah dengan membuka usaha kelontong atau warung kecil-kecilan di rumahnya.
“Kalau untuk makan juga masih dikontrol. Makan sayur dan perbanyak minum air putih. Mengurangi makanan yang mengandung banyak garam dan penyedap,” ungkap Munir.
Irwan, adik yang mendonorkan ginjalnya, juga dalam keadaan sehat. Sama seperti Munir, ia juga belum boleh kembali beraktivitas sebagai nelayan.
Irwan kini bekerja di pasar, ia berjualan. Tak boleh pula mengangkat beban berat sementara, hingga sembilan bulan ke depan.
“Tiga bulan pasca operasi itu tak boleh memang angkat berat. Karena ini berpengaruh pada tekanan di ginjal. Sebab ginjal saya tinggal satu,” beber Irwan.
Meski ginjalnya hanya satu, Irwan bahagia. Tak ada beban dan perbedaan signifikan yang dirasakannya. Melihat kakaknya kuat menjalani hidup, Irwan ikut senang.