SEJAUH manapun melangkah, pulang ke rumah adalah momen paling menyenangkan. Rumahku adalah istanaku.
Memiliki rumah adalah impian setiap orang. Sebesar apapun rumah mertua, tentu tak seindah jika memiliki rumah sendiri. Itu juga yang dirasakan Gunawan (36), memiliki rumah adalah impiannya sebelum menikah.
Gunawan bercerita, keinginannya memiliki rumah berawal dari rasa minder. Ia sudah lama menumpang di rumah mertua. Ayah tiga anak itu tak punya pilihan lain selain menumpang di rumah mertua. “Cukup lama, tiga tahun (menumpang,red),” tuturnya.
Di awal pernikahannya, Gunawan pernah mencoba membeli rumah, namun niat itu diurungkan. Tabungannya belum cukup, digunakan untuk ongkos pernikahannya dengan Suwarni (32). Ia baru bisa beli rumah setelah pernikahannya berjalan tiga tahun. Itupun hanya beli rumah subsidi.
“Tapi rasanya gimana ya, senang sekali. Mungkin inilah ungkapan rumahku adalah istanaku,” ungkapnya.
Saat di rumah sendiri, Gunawan mengaku bahagia walau hidup sederhana. Baginya, kemewahan rumah mertua tak seindah jika memiliki hunian sendiri. Menurutnya, hidup di rumah mertua itu tak ada enaknya. Malah Gunawan merasa tertekan.
Warga Kelurahan Daya, Kota Makassar tersebut sudah merasakan memiliki rumah yang nyaman dari hasil KPR di PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk. Meski pekerjaannya hanya driver ojek online (ojol), dia bisa menyicil rumah seharga Rp150-an juta. Cicilannya setara sewa indekos. “(Cicilan) tak lebih dari 1 juta Rupiah perbulan,” katanya.
Banyak Kemudahan
Ia tak menyangka bisa memiliki rumah. Itu berkat BTN yang memberi kemudahan kepada Gunawan. Saat mengajukan berkas KPR di BTN, ia tak menunggu lama untuk mendapatkan persetujuan. “Tidak ada kesulitan sama sekali, mungkin karena niatnya tulus,” sebut Gunawan sembali tersenyum.