Pemprov sebenarnya punya perpustakaan digital bernama iSulsel. Lewat aplikasi tersebut, buku-buku juga dapat diakses dengan kurasi yang dapat memastikan buku yang tersedia aman bagi anak dan pelajar.
Ia membeberkan Tingkat Kegemaran Membaca di Sulsel masih termasuk 10 besar di Indonesia. Sehingga, kekhawatiran akan digitalisasi perlu dihiraukan, mengingat literasi memang harus beradaptasi pada wadah baru.
“Ada layanan ibu dan anak, sejak bulan lalu sudah terjadwal setiap hari ada kunjungan dari sekolah dan masyarakat. Rata-rata setiap hari di atas 150-200 orang. Di layanan umum perpustakaan di Jl Sultan Alauddin, rata-rata 400-500 orang, bahkan 800 orang per hari,” tandasnya.
Kepala Bidang Pembinaan SMA Disdik Sulsel Harpansa mengutarakan, pihaknya juga mendorong pemenuhan kebutuhan buku dengan buku digital. Di mana saat ini sedang memproses ke arah pembiasaan buku-buku digital di sekolah.
“Keduanya masih dibutuhkan. Buku konvensional masih dibutuhkan, kita mendorong semua sekolah untuk program digitalisasi sekolah,” tuturnya. (uca/lin)