FAJAR, MAKASSAR-Dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa terkait politik identitas di Malaysia, Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar menggelar forum terbuka. Forum tersebut dihadiri oleh para ahli di bidangnya, antara lain Prof. Dr. Mohd. Fuad Mat Jali, Prof. Dr. Novel Anak Lyndon, Prof. Madya. Dr. Mohd. Nor Shahlizan Ali, dan Prof. Dr. Muhammad Saleh Tajuddin, M.A., Ph.D.
Dekan Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. Muhaemin Latif, M.Th.I., M.Ed., membuka acara dengan menyampaikan bahwa forum ini menjadi peluang besar bagi mahasiswa yang berminat untuk melanjutkan studi ke Universiti Kebangsaan Malaysia. Ia menyoroti pentingnya memahami politik identitas, terutama di tengah maraknya fenomena politik tahun 2024.
Moderator acara, Ketua Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik, Dr. Awal Muqsith, M.Phil., memandu diskusi dengan mengenalkan tema politik identitas.
“Faktor utama yang membentuk politik identitas adalah faktor kaum, atau berdasarkan etnis, sehingga kaum tersebut mempengaruhi politik identitas di Malaysia,” jelas Prof. Dr. Mohd. Fuad Mat Jali dari Universiti Kebangsaan Malaysia.
Prof. Dr. Novel Anak Lyndon menambahkan dimensi baru dalam pemahaman politik identitas, menyatakan bahwa politik identitas dapat diukur dari dua tafsiran, yakni tafsiran pemerintahan dan tafsiran rakyat. “Identitas seseorang dapat diukur bagaimana kita ditafsirkan atau oleh siapa yang menafsir identitas itu,” ujarnya.
Prof. Dr. Muhammad Saleh Tajuddin, M.A., Ph.D. dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, menyentuh aspek vernakular sebagai faktor politik identitas di Malaysia. Ia menyoroti suku Bugis sebagai salah satu elemen yang memberikan warna khas dalam politik identitas Malaysia.
Selain itu, Prof. Madya. Dr. Mohd. Nor Shahlizan Ali dari Universiti Kebangsaan Malaysia menyoroti peran campaign dalam membentuk politik identitas. “Campaign merupakan faktor utama dari sebuah kata politik, sehingga berdasarkan campaign dapat mempengaruhi masyarakat luas untuk membentuk identitas yang berbeda-beda.” (*/)