YOGYAKARTA, FAJAR – Gunung Merapi mengalami erupsi. Erupsi ini dianggap Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak seperti biasanya.
BPPTKG DIY menyebut kejadian yang dialami Gunung Merapi merupakan letusan atau eksplosif. Peristiwa tersebut berbeda dengan erupsi yang bersifat cenderung efusif atau lelehannya BAK guguran lava atau awan panas guguran.
Kepala BPPTKG DIY, Agus Budi Santoso, mengatakan, erupsi eksplosif memiliki kolom. Namun, dalam kejadian tersebut tidak terdeteksi ketinggian karena kondisi cuaca saat itu puncak gunung sedang berawan dan hujan.
“Untuk kejadian yang pukul 14.12 WIB ada indikasi ke arah eksplosif. Namun karena di kategori kegempaan di laporan MAGMA tidak ada kategori erupsi, sehingga kami klasifikasikan menjadi letusan. Tercatat memiliki amplitudo 70 milimeter, berdurasi 239,64 detik tapi ketinggian kolom tidak teramati,” ucapnya dilansir Jawa Pos, kemarin.
Usai diguyur hujan abu, aktivitas masyarakat di Kabupaten Boyolali telah normal seperti hari biasanya, kemarin. Kondisi jalan dan berbagai tempat telah bersih dari abu vulkanik Gunung Merapi.
Walaupun demikian, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, Suratno, mengimbau masyarakat untuk tetap waspadai terjadinya bencana terutama tiga desa di Kecamatan Selo yang termasuk kawasan rawan bencana erupsi Gunung Merapi, yaitu Tlogolele, Klakah, dan Jerakah.
Ia mengimbau agar masyarakat tetap menanti rekomendasi BPPTKG DIY terkait aktivitas vulkanik gunung yang berstatus Level III atau Siaga tersebut. Ia berharap masyarakat menjauhi wilayah rawan bencana erupsi Gunung Merapi sesuai rekomendasi BPPTKG DIY. (jpg/zuk)