FAJAR, MAKASSAR — Untuk menekan angka pengangguran terbuka di Sulsel, pemerintah menggalakan program pemagangan. Program tersebut dianggap metode pelatihan yang paling efektif untuk menjembatani kesenjangan antara kapasitas lulusan dengan kebutuhan kualifikasi dunia usaha.
Data BPS tahun 2020 terdapat 6,31 persen angka pengangguran di Sulsel. Turun menjadi 5,72 persen di tahun 2021, kemudian di tahun 2022 turun menjadi 4,51 persen, dan pada Agustus 2023 turun menjadi 4,33 persen. Itu equivalen dengan ada 200 ribuan jiwa yang berada pada posisi pengangguran di Sulsel.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Anwar Sanusi menuturkan pihaknya selalu berupaya agar angkatan kerja bisa terus ditingkatkan. Hal itu agar bisa menekankan angka pengangguran terbuka.
Saat ini, kata dia, angkatan kerja setiap tahun itu sangat tinggi. Sebab, yang masuk di perguruan tinggi itu ada 1,8 juta orang. Kemudian yang masuk di dunia kerja hanya 1,7 juta orang. Plt. Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas ini juga mengatakan hal ini harus diantisipasi dengan penyediaan dunia kerja. Karena hal ini bisa menyebabkan angka pengangguran terbuka.
“Meskipun saat ini kita bisa mengurangi 3,2 persen angka pengangguran terbuka tetapi itu masih perlu terus diatensi,” katanya.
Maka dari itu pihaknya selalu mendorong bebagai program dengan tujuan untuk mengoptimalkan ketersediaan dunia kerja. Apalagi saat ini faktanya cenderung tidak relevan antara apa yang dipelajari dengan tuntutan dunia pekerjaan, makanya salah satu program yang dihadirkan adalah magang di instansi.