FAJAR, BONE-Potensi bahaya bencana di Kabupaten Bone dinilai cukup tinggi, berdasarkan data Kawasan Rawan Bencana (KRB) Provinsi Sulsel.
Kerugian akibat bencana ini per 2023 tercatat menyentuh angka Rp10,3 miliar. Plt Kepala Badan Penanggulangan Bancana Daerah (BPBD) Bone, Muh Iksan menerangkan sepanjang 2023 total korban jiwa akibat kebencanaan di Bone mencapai 787 jiwa dengan total KK sebanyak 243.
“Ada 169 bencana yang tercatat di BPBD sepanjang 2023, kebakaran menjadi yang tertinggi yakni 104 kasus, kemudian puting beliung 49 kasus, longsor 12 kasus, dan banjir 2 kasus,” terang Iksan, saat ditemui FAJAR, Kantor BPBD Bone, Macanang, kemarin.
Tercatat Bone menjadi daerah yang konsisten berada di lima besar di Sulsel sebagai daerah dengan luasan terdampak kebencanaan terbesar.
Untuk banjir misalnya, Kabupaten Bone berada di peringkat ketiga dengan total potensi luasan terdampak banjir mencapai 436,380 hektare di bawah Luwu Utara 688,552 hektare, dan Luwu Timur 572,194 hektare.
Sedangkan Porensi Banjir Bandang, pun Bone berada di peringkat keempat 14,560 hektare di bawah Luwu Utara 59,550 hektare, Luwu Timur 28,716 hektare, dan Enrekang 17,050 hektare
Demikian pula untuk kategori bencana cuaca ekstem, Bone berada di peringkat kedua dengan luasan terdampak 139,877 hektare, di bawah Wajo 158,668 hektare.
Sedangkan untuk bencana kebakaran hutan Bone juga berada di peringkat ketiga dengan total 459,968 hektare potensi luasan yang bisa terdampak. Di bawah luwu utara di peringkat pertama mencapai 740,104 hektare dan luwu timur 689,136 hektare.
Sedangkan kekeringan, pun Bone masih berada di peringkat tiga dengan total potensi luasan kekeringan mencapai 459,842 hektare, di bawah Luwu Utara 740,074 hektare, dan Luwu Timur 689,349 hektare.
Sementara Bone juga tercatat sebagai daerah rawan longsor, dimana berada di peringkat enam dengan total luasan lahan 127,868 hektare di bawah luwu utara sebagai yang tertinggi dengan total 489,746 hektare, Luwu Timur 361,542 hektare, Luwu 209,655 hektare, dan Tana Toraja 176,695 hektare.
Sementara itu menerangkan tingginya potensi bencana ini juga dapat dijejaki pada peta KRB Kabupaten Bone.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bone, Masriaty Kadir menerangkan untuk banjir setidaknya 11 kecamatan masuk dalam kawasan rawan bencana, di antaranya, Kecamatan Bengo, Kecamatan Kajuara, Kecamatan Salomekko.
“Selanjutnya ada Kecamatan Tonra, Kecamatan Cina, Kecamatan Sibulue, Kecamatan Barebbo, Kecamatan Awangpone, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Dua Boccoe dan Kecamatan Ajangale,” terang Masriaty
Sedangkan potensi cuaca ekstrem hampir mencakup semua wilayah, dengan intensitas tertinggi sebagian besar berada di kawasan Utar, Timur dan sebagian di sisi Barat.
Di antaranya Kecamatan Ajangale, Cenrana, Dua Boccoe, Awangpone, Palakka, Tanete Riattang Barat, Tanete Riattang, Tanete Riattang Timur, Sibulue, sebagian sisi Timur Kecamatan Tonra, lalu Kecamatan Salamekko, Kajuara.
“Adapula sebagian sisi Barat Kecamatan Patimpeng dan Libureng, Kecamatan Bengo, Lamuru, dan Lappariaja,” sambungnya.
Kemudian untuk potensi tanah longsor, sambung Masriaty potensi tertinggi berada di Kecamatan Uluweng, Ponre, Mare, Libureng, dan Beberapa titik di Patimpeng, dan Bengo.
Selanjutnya di sisi Barat, Kecamatan Tellu Limpue, sebagian Kecamatan Lamuru dan beberapa titik di Lappariaja. Lalu di sisi Selatan Kecamatan Bonto Cani dan beberapa titik di Kecamatan Kahu.
Kemudian untuk kebakaran hutan, sambung Iksan berada di Kecamatan Tellu Limpue, beberapa titik di Kecamatan Lamuru, sisi Barat dan Utara Kecamatan Bonto Cani, beberapa titik di Kecamatan Kahu.
Lalu Kecamatan Tonra, Mare, sisi Timur Libureng, sisi timur laut Patimpeng, Kecamatan Ponre, Cina, serta beberapa titik di Kecamatan Palakka dan Dua Boccoe.
“Sementara untuk kekeringan sebagian besar yang paling rawan berada di wilayah Barat dan Selatan yakni Tellu Limpue dan Bonto Cani,” ujarnya. (an/*)