GAZA, FAJAR–Israel terus saja brutal. Korban serangannya ke Gaza kini sudah mencapai 20.000 orang tewas.
Kantor media pemerintah Gaza mengatakan ada sekitar 8.000 anak-anak dan 6.200 perempuan yang di antaranya meninggal. Sejarah terburuk ini terjadi saat pihak Dewan keamanan PBB menunda pemungutan suara penting untuk bantuan kemanusiaan di Gaza.
Penundaan ini dilakukan supaya bisa menghindari veto dari Amerika Serikat yang secara terang-terangan melindungi Israel dari tindakan tegas PBB.
Ketika gencatan senjata ini berakhir pada 1 Desember 2023, serangan Israel ke Gaza makin intensif dengan melakukan agresi darat yang sebelumnya di daerah utara kini makin melebar.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan konflik ini akan terus bergerak dan perlu dialihkan supaya tidak intensif.
“Jelas bahwa konflik akan bergerak dan perlu beralih ke fase dengan intensitas yang lebih rendah,” ujar Antony Blinken dilansir Aljazeera, Kamis, 21 Desember.
Antony Blinken berharap operasi yang dilakukan Israel ini jumlahnya makin kecil dan difokuskan untuk menghadapi Hamas.
“Kami berharap untuk melihat dan ingin melihat pergeseran ke operasi-operasi [Israel] yang lebih terarah dengan jumlah pasukan yang lebih kecil yang benar-benar terfokus untuk menangani kepemimpinan Hamas, jaringan terowongan dan beberapa hal penting lainnya,” ujarnya.
“Dan ketika hal itu terjadi, saya pikir Anda juga akan melihat bahwa kerugian yang dialami warga sipil juga berkurang secara signifikan,” sambungnya.