“Anak muda all in Prabowo” bunyi salah satu komentar yang sering muncul di media sosial. Yang menarik lagi dari pesta demokrasi kali ini, yang lebih banyak dipermasalahkan adalah cawapresnya bukan capresnya. Apakah karena cawapresnya berbobot? Ada juga yang mengatakan, Gibran anak Jokowi yang akan meneruskan dinastinya, seakan-akan ini semua adalah politik dinasti, yang mewariskan kekuasaan yang dimiliki kepada anak atau keluarga.
Rebutan Kekuasaan
Politik dinasti merupakan fenomena yang ilegal dan dilarang oleh UU. Tidak mungkin juga Jokowi mewariskan kekuasaanya kepada Gibran yang jelas-jelas rakyatlah yang akan memilih dan menentukan siapa yang layak. Semua ini ikut campur tangan rakyat, bukan anak dan bapak yang saling mengoper jabatan.
Soal Gibran bisa maju jadi cawapres via putusan MK memasukkan syarat lain bagi yang di bawah 40 tahun, yakni pernah menduduki jabatan yang didapat melalui pemilu, termasuk pilkada. Ini berarti Gibran lolos dari syarat ini sebagai cawapres atau capres karena faktor pernah menjabat dalam jabatan negara melalui Pilkada Kota Surakarta.
Peran pemuda sebetulnya penting dalam sejarah bangasa. Kita bisa melihat atau belajar dari sejarah peristiwa Rengasdengklok, kala golongan muda banyak berperan penting dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Peristiwa Rengasdengklok adalah upaya golongan muda untuk membujuk golongan tua agar segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan.
Sebab golongan muda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang. Rengasdengklok memiliki manfaat besar bagi bangsa Indonesia. Dari peristiwa tersebut dan adanya penculikan Seokarno dan Hatta Rengasdengklok oleh golongan muda, membawa pengaruh besar terhadap perkembangan bangsa Indonesia.