Oleh: Nurul Ain*
Masih muda sudah berani jadi cawapres. Usia hanyalah angka. Sebuah peristiwa yang hebohnya berlangsung lama.
Ruang untuk kaum muda mestinya terbuka. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa Indonesia merupakan agent of change atau agen perubahan. Mereka memiliki peran untuk menjadi pusat kemajuan bangsa. Usia tidak bisa dijadikan patokan untuk bisa jadi pemimpin. Sudah tidak zaman lagi mengukur kemampuan seseorang dari umur.
Saat ini, pesta demokrasi bangsa kita makin dekat. Masyarakat maupun pemimpin sudah mulai heboh siapa yang akan mereka pilih nanti. Mengeluarkan opini masing-masing siapa yang pantas dan siapa yang tidak pantas. Yang menarik dari pesta demokrasi sekarang dan banyak diperbincangkan adalah persoalan usia pendamping Prabowo Subianto, yaitu Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Joko Widodo yang juga Presiden Indonesia saat ini.
Gibran diajukan sebagai cawapres dan mendapingi Prabowo. Gibrang menjadi perbincangan karena usianya, namun begitu banyak anak muda atau bisa Generasi Z yang mendukung Gibran sebagai cawapres. Respons masyarakat Indonesia banyak yang menyambut dengan baik dan begitu pun sebaliknya.
Media sosial dibuat heboh dengan kabar tersebut, terutama di Tiktok. Banyak video yang tersebar tentang masyarakat yang tidak setuju Gibran yang menjadi cawapres mendampingi Prabowo. Komentar-komentar warganet yang tidak setuju disuarakan lantang. Mereka mengatakan, “Masih muda sudah mau jadi cawapres, pengalaman baru dua tahun menjabat sebagai Wali Kota Solo sudah mau jadi cawapres”.