Oleh: Muh. Fadhly Kurniawan
Aktif di Transkrip Tradisi Lisan Indonesia
Telah banyak upaya mengenal dan mengenang kontribusi tokoh bangsa yang berkorban jiwa raga membela tanah Indonesia untuk bebas dari penindasan. Kajian akademis, diskusi, workshop, ataupun kegiatan lain yang melibatkan publik menjadi arena utama. Konstelasi Artistik Indonesia bersama Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek RI memilih seni pertunjukan sebagai wahana untuk dan menimba tuntunan dalam rangka meraih kesempurnaan sebagai manusia.
Kabata Tanasula, sebuah produksi seni pertunjukan berbasis karya musik yang dibangun berdasarkan riset terhadap 2 sosok penting dalam sejarah perjuangan Indonesia dalam melawan penjajahan: Syekh Yusuf Al Makassari dan Syekh Imam Abdullah Tidore. Perjuangan mereka dimotivasi penolakan terhadap kekejaman penjajah terhadap rakyat Indonesia menggunakan moderasi ajaran Islam. Keduanya dibuang dan dipisahkan dari tanah dan keluarga yang dicinta ke Cape Town, Afrika Selatan. Dibuang, dipisahkan, atau diasingkan, bagi jiwa ikhlas, bagi insan dengan Tanrasula yang sempurna, ini adalah diperjalankan. Untuk perjuangan melawan kekejaman baru di tanah lain.
Kabata Tanrasula merupakan karya musik yang diintervensi elemen seni lain seperti dramaturgi, koreografi, penataan artistik, pencahayaan, video mapping dan multimedia untuk mengartikulasikan temuan-temuan artistik selain bebunyian. Karya ini melibatkan musisi dan seniman dari Gowa, Makassar, Ternate, Tidore, Banten, Bandung, dan Pekanbaru, siap menyajikan pertujukan seni yang spektakuler.