LUWU, FAJAR — Ketua Umum Perkumpulan Penangkar Benih Tanaman Perkebunan Indonesia (PPBTPI) Dr Ir H Badaruddin Puang Sabang MM, berharap dengan kenaikan harga kakao yang mecapai rekor tertinggi, bisa menjadi momentum kembalinya kejayaan kakao di Luwu Raya, Sulsel.
Pada periode Oktober 2023, harga referensi biji kakao meroket naik hingga tembus ke level tertinggi GBP 3.277 per ton (Rp63,90 juta). Merupakan rekor tertinggi harga kakao dalam lebih satu dekade atau sejak diperdagangkan pada tahun 1920 silam.
“Kita berharap momen itu dapat mendorong semangat para petani bersama Pemda dan pelaku usaha pertanian untuk mengembalikan kejayaan kakao di Luwu Raya. Karena berdasarkan data yang ada, saat ini produksi kakao kita, terus mengalami penurunan. Bahkan rata-rata produktivitas petani masih jauh di bawah 500 kilogram per hektarenya,” ungkap tokoh petani Sulsel yang akrab disapa Puang Badar ini, Minggu, 5 November 2023.
Menurutnya, sampai tahun ini, dari data World Population Review, Indonesia masuk dalam urutan ketiga sebagai produsen terbesar kakao di dunia setelah Ghana dan Pantai Gading. Meski dari sisi produktivitas, perkembangan produksi kakao Indonesia 2012-2022 masih berfluktuasi dengan kecenderungan alami penurunan.
Sedang, produksi kakao di Sulsel, sebesar 91,24 persen yang tersebar di 10 kabupaten. Kontribusi dari 10 kabupaten tersebut yang terbesar hingga capai sekitaran 20 persen, dihasilkan dari perkebunan kakao asal Kabupaten Luwu Utara sekitar 21,13 persen dan Kabupaten Luwu sekitar 19,72 persen.