FAJAR, MAKASSAR-Pada tahun 1901 Kruyt pria asal Belanda menemukan masa depan di Sorowako. Bukan hanya bijih nikel semata, tetapi juga untuk masa depan. Dimulai sejak 25 Juli 1968, hari ketika Vale (saat itu masih bernama PT Inco) berdiri, dan masih menjanjikan lanjutan masa depan sampai hari ini.
Vale sadar tak akan selamanya di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel. Tetapi, justru itu yang membuat perseroan tak ingin meninggalkan warisan jelek. Sorowako harus tetap hijau ketika tambang usai. Menerapkan teknologi modern dan inovatif dalam proses pertambangan untuk mengurangi polusi dan emisi, serta mengelola limbah dengan hati-hati dan efisien.
Pada tahun 2023 membuka lahan seluas kurang lebih 5.226 ha dari luas tersebut telah melakukan reklamasi lahan tambang seluas 3.580 ha dengan menanami berbagai jenis pohon sebanyak 4 juta pohon.
Tempat yang begitu teduh itu memproduksi berbagai jenis tanaman asli setempat (native species) dan tanaman endemik seperti betao, bitti, nyatoh, dan manggis hutan. Pusat pembibitan itu juga berfungsi sebagai laboratorium pembudidayaan tanaman endemik, kayu hitam. selain tanaman juga ada fasilitas konservasi rusa.
PT Vale ingin semua lahan yang telah memberikan segalanya akan dipulihkan seperti sedia kala, kembali hijau dan beralih menjadi hutan tropis seperti dulu dengan menanam vegetasi asli. Karena Pegunungan Verbeek, Sorowako, telah memberikan kemakmuran. (FOTO-FOTO: TAWAKKAL/FAJAR)