“Kita sebagai integrator, kolaborator, dan kasalitator. Jadi kita selalu mendorong untuk dilakukan percepatan ekspor komoditas laut, dengan kapasitas yang kita siapkan itu bisa mencapai 800 ton satu bulan itu potensinya,” tuturnya.
Pihaknya juga senantiasa berupaya menjamin ketersediaan stok komoditas hasil laut untuk ekspor. “Kita bekerja sama dengan pengelola cold storage untuk menampung hasil tangkapan dari pengepulu. Sehingga ada wadah untuk penyimpanan stok,” ujarnya.
“Jadi semua ikan itu dikelola, simpan, dan kita jadikan sebagai etalase sebelum dikirim untuk ekspor,” lanjutnya.
Dwi juga membeberkan terkait Gerakan Baku Bicara Ikan (Bara Ikan) yang dicetus oleh PT Thunusea Media Oceana. Dimana ini merupakan sarana untuk mengetahui kira-kira dalam proses yang dilakukan oleh Thunusea bersama dengan pengelola ataupun sistem ini apa persoalannya. Kemudian setelah diketahui masalahnya, akan dicari solusi dan implementasinya.
“Sejauh ini untuk permasalahan yaitu serapan hasil tangkap nelayan yang belum optimal. Informasinya baru 30 persen, sehingga mudah-mudahan dengan kehadiran kita itu yang 70 persen bisa terserap dengan lebih lancar. Sehingga selain yang tadinya serapannya cuma 30 persen itu bisa meningkat mencapai 100 persen,” terangnya. (sae)