Oleh: Sakinah Fitrianti B
Pengurus Nasyiatul Aisyiyah Sulsel
Seruan dakwah ditujukan untuk seluruh muslim, laki-laki maupun perempuan.
Gagasan tersebut banyak diulas saat pelaksanaan Darul Arqam Paripurna (DAP) di Kota Surabaya akhir Agustus lalu, sejalan dengan tema yang diangkat oleh DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yakni Aktualisasi Gerakan Inklusif Berkemajuan. Tema tersebut membahana sepanjang lima hari pelaksanaan Darul Arqam Paripurna, para akademisi dan praktisi hadir sebagai narasumber, salah satu di antaranya adalah pakar gender UIN Sunan Kalijaga, Prof Alimatul Qibtiyah. Mengulas bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan itu setara, termasuk dalam hal kepemimpinan dan gerakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar yang menjadi penanda Gerakan Muhammadiyah, yang juga dikenal dengan ide-ide dan gerakan pembaharuannya.
Strategi Gerakan Perempuan penting untuk diketahui bukan hanya oleh para aktivis perempuan, ini menjadi landasan agar perempuan tetap diperhitungkan dalam berbagai ruang atau kontestasi kepemimpinan, karena seruan untuk “berbuat baik” berlaku bagi laki-laki maupun perempuan termasuk untuk senantiasa memperkuat Hablumina Allah wa Hablu minanaas. Sehingga akan menjadi gerakan perempuan rahmatan lil alamin Ketika Gerakan itu tidak hanya bicara masalah ubudiyah, tetapi juga harus mencerahkan persoalan keumatan. (Anggota MTT PPM, Prof Alimatul Qibtiyah: Agustus 2023 di Forum DAP)
Sebagai salah satu organisasi otonom Muhammadiyah, IMM mengambil peran penting dalam konteks gerakan kemahasiswaan, sosial dan keagamaan hari ini, Gerakan kemahasiswaan memiliki pengaruh untuk mendorong pembaharuan dan pemajuan bangsa. Peran perempuan telah mendapat ruang bersama, Muhammadiyah dan IMM pun menempatkan perempuan dalam hak yang setara, termasuk dalam tujuh pilar gerakan inklusif berkemajuan IMM. Dalam poin keempat, tertulis bahwa gerakan IMM menjunjung tinggi martabat dan hak-hak perempuan sebagai ciptaan Tuhan yang mulia dan setara.
