FAJAR, MAKASSAR— Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik II Makassar kali ini begitu berbeda. Perbedaan itu terasa saat kebersamaan dalam keberagaman menjadi satu.
Hal inilah yang mendasari kegiatan antar Paroki se-Makassar itu sangat spesial. Selain menumbuhkan bakat dan keterampilan, semangat kebersamaan begitu erat demi saling melengkapi.
Momen Pesparani kali ini bahkan ikut mempererat tali silaturahmi antar umat beragama. Sebab, pembukaan kegiatan itu dimeriahkan oleh persembahan qasidah dan marawis dari saudara muslim, di Aula Gereja Paroki St. Fransiskus Assisi, Jumat, 28 Juli.
Ketua Panitia Pesparani Katolik II Makassar, Yustinus berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan semangat moderasi beragama. Itulah sebabnya Pesparani sangat menonjolkan ‘Kebersamaan dalam Keberagaman’
“Kita berharap masyarakat katolik dapat memperoleh pengalaman pembinaan efektif demi pelayanan hidup menggereja dan bermasyarakat. Paling penting semakin memahami semangat persaudaraan,” harapnya.
Karena itu, Pesparani yang diikuti delapan Paroki ini diharap mampu memahami maknai kegiatan ini. Kalah dan menang dalam sebuah kompetisi hanyalah hal biasa dan manusiawi.
“Dari 10 Paroki yang ada di Makassar, 8 Paroki yang ikut serta. Jadi totalnya ada 316 peserta lomba dan 78 official. Para peserta ini akan mengikuti 10 perlombaan yakni Mazmur, cerdas cermat rohani, bertutur kitab dan paduan suara,” sambung Yustinus.
Senada, Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Daerah (LP3KD) Makassar, Darius Allo Tangko ingin kegiatan ini menjadi ajang syukur kepada tuhan. Termasuk saling mencintai sesama umat beragama.
“Paling terpenting bagaimana kita bisa menjadikan ajang ini sebagai rasa syukur kita kepada tuhan. Begitu juga persaudaraan dalam lingkup Gereja hingga masyarakat majemuk di Makassar,” pesannya.
Sementara, Kepala Kemenag Makassar, Irman juga berharap para peserta terbaik di Pesparani Katolik II ikut menjadi yang terbaik di tingkat Indonesia. Akan tetapi, terpenting agama bisa memperkuat kebangsaan.
“Saya dimana-mana selalu katakan berhentilah kita di negara ini mengatakan mayoritas dan minoritas. Tapi yang ada kita semua adalah bangsa indonesia yang kebetulan keyakinannya berbeda,” ujarnya.
Olehnya itu, Irman mengajak dengan keyakinan berbeda itulah justru dapat memperkuat kebangsaan. Terlebih saling mendukung satu sama lain tanpa adanya ego perbedaan. (muh/)