English English Indonesian Indonesian
oleh

Transformasi Ekonomi Digital 

Oleh: Muhammad Syarkawi Rauf, Dosen FEB Unhas/ Komisaris Utama PTPN IX

Ekonomi digital atau new economy merujuk pada perekonomian yang menggunakan teknologi informasi, telekomunikasi dan komputasi dalam aktifitas perekonomian. Istilah ekonomi digital banyak digunakan sejak dekade awal tahun 1990-an. 

Perekonomian nasional dan global mengalami proses transformasi lebih lanjut menuju industri 4.0 yang ditandai oleh proses digitalisasi. Industri 4.0 digerakkan oleh Artificial Inteligent (kecerdasan buatan), big data (database yang besar), Internet of Thing (IoT) dan automation (otomatisasi). 

Secara umum, terdapat lima sektor ekonomi yang menggerakkan ekonomi digital, yaitu: Pertama, E-commerce yang ditandai oleh berkembangnya aplikasi marketplaces (kios online), perdagangan langsung dari produsen ke konsumen dan E-groceries yang menyediakan belanja online kebutuhan harian bagi masyarakat. 

Kedua, transportasi berbasis aplikasi online dan aplikasi online jasa pengantaran makanan (food delivery). Transportasi berbasis aplikasi online menyediakan jasa sharing mobility dengan biaya yang murah bagi pengguna jasa transportasi. Demikian juga dengan pengantaran makanan memudahkan konsumen memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan biaya yang sangat murah. 

Ketiga, online travel yang menyediakan jasa pembelian tiket pesawat terbang, kereta api, angkutan laut, vacation rental membantu masyarakat yang melakukan perjalanan menemukan hotel, apartemen, dan kendaraan secara online

Keempat, online media yang memudahkan masyarakat dalam melakukan iklan (advertising), aplikasi video games online, video-on-demand yang membantu masyarakat menemukan video sesuai kebutuhan, dan music-on-demand yang membantu masyarakat menemukan musik sesuai dengan selera. 

Kelima, financial services yang memfasilitasi pembayaran secara digital, pengiriman uang antar negara (remmitances), pinjaman online, aplikasi insurtech (insurance technology) atau asuransi berbasis online yang membantu meningkatkan efisiensi industri asuransi dan kegiatan investasi yang dilakukan secara online.

Sejalan dengan laporan hasil penelitian Temasek bekerjsama dengan Google mengenai perkembangan ekonomi digital di Asia Tenggara (ASEAN) menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi digital di ASEAN memiliki potensi yang sangat besar didukung oleh penduduk nomor tiga terbesar di dunia setelah China dan India, yaitu sekitar 600 juta jiwa. 

Perkembangan ekonomi digital ASEAN didukung oleh pertumbuhan pengguna internet yang mengalami peningkatan sekitar 100 juta pengguna baru dalam tiga tahun terakhir, sejak tahun 2019 – 2022. Dimana pengguna internet pada tahun 2019 sekitar 360 juta, meningkat menjadi 400 juta tahun 2020, 440 juta tahun 2021 dan 460 juta pengguna pada tahun 2022. Hal ini setara dengan 76 persen dari total populasi di ASEAN.

Pertumbuhan ekonomi digital di ASEAN sekitar 20 persen secara tahunan (y.o.y) pada tahun 2022. Dimana pertumbuhan tertinggi terjadi pada puncak pandemi Covid-19 pada tahun 2021, yaitu sekitar 38 persen.  

Dimana nilai ekonomi digital di ASEAN meningkat dari hanya sekitar 102 milyar Dollar Amerika Serikat (AS) tahun 2019 menjadi 116 milyar Dollar AS tahun 2020, 161 milyar Dollar AS tahun 2021, dan 194 milyar Dollar AS tahun 2022. Diperkirakan ekonomi digital di ASEAN akan mencapai sekitar 330 milyar Dollar AS tahun 2025. 

Perkembangan ekonomi digital secara regional ASEAN didominasi oleh E-commerce yang nilainya sekitar 131 milyar Dollar AS, media online 24 milyar Dollar AS, pengantaran makanan dan transportasi berbasis aplikasi online 22 milyar Dollar AS, dan pemesanan jasa perjalanan online 17 milyar Dollar AS tahun 2022. 

Pada tahun 2025 nilai E-commerce akan meningkat menjadi 211 milyar Dollar AS, jasa pemesanan jasa perjalanan online mnejadi sekitar 44 milyar Dollar AS, pengantaran makanan dan transportasi berbasis aplikasi online menjadi 39 milyar Dollar AS, dan media online meningkat menjadi 36 milyar Dollar AS. 

Lalu bagaimana tranformasi ekonomi digital di Indonesia? Nilai ekonomi digital di Indonesia mencapai sekitar 77 milyar Dollar AS tahun 2022, diperkirakan akan mencapai 130 milyar Dollar AS tahun 2025 dan 220 – 360 milyar Dollar AS tahun 2030. Perkembangan ekonomi digital secara nasional digerakkan oleh E-commerce yang berkaitan dengan marketplaces, direct saling dan E-groceries. 

Terdapat empat sektor ekonomi digital secara nasional yang akan mengalami pertumbuhan tertinggi dalam 3 – 5 tahun ke depan, yaitu aplikasi healthtech (layanan kesehatan digital), SaaS (penggunaan perangkat lunak sebagai layanan melalui aplikasi web), Web3 sebagai pengembangan lebih lanjut dari Web dengan kemampuan memproses informasi lebih maju, dan Edtech sebagai layanan belajar berbasis digital. 

Tantangannya bagi perekonomian Indonesia adalah masih tingginya kesenjangan dalam penggunaan teknologi digital antara daerah perkotaan dengan pedesaan, kelompok kaya dengan pendapatan menengah ke bawah, antara Jawa dengan luar Jawa, dan antara masyarakat berpendidikan tinggi dengan pendidikan rendah. 

Akhirnya, percepatan transformasi ekonomi digital di Indonesia dapat dilakukan melalui pemerataan ketersediaan infrastruktur digital antar kota dengan desa dan antar daerah di Jawa dengan luar Jawa. Tidak hanya itu, pemerintah memiliki pekerjaan rumah untuk meningkatkan pemerataan literasi digital antar pendapatan per kapita dan antar masyarakat di perkotaan dan pedesaan. 

Dimana masyarakat perkotaan dengan pendapatan per kapita tinggi lebih bayak menggunakan teknologi digital untuk hal hal-hal yang produktif yang menghasilkan pendapatan. Sementara masyarakat pedesaan dan berpendapatan menengah bawah lebih banyak menggunakan teknologi digital untuk kegiatan yang bersifat konsumtif. 

News Feed