Pemilihan gubernur (pilgub) yang diselenggarakan pada 27 Juni 2018, pasangan Nurdin Abdullah (NA) – Andi Sudirman Sulaiman (ASS) meraih suara terbanyak dan mengungguli tiga pasang calon lainnya. Karena NA terkena kasus, lalu masuk bui, terpidana, wakilnya, ASS, akhirnya dilantik sebagai gubernur Sulsel tanpa wakil. Suara yang diraih NA-ASS saat memenangi pilgub adalah sebesar 1.867.303 suara. Sekiranya sebagai calon petahana ASS masih maju juga sebagai calon pada Pilgub yang akan datang, masihkah suara sebesar yang pernah diraih itu bisa dipertahankan?
Nama-nama calon pesaing lainnya sudah disebut-sebut akan mencoba peruntungan mereka pada pilgub yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024 yang akan datang. Pilgub Sulawesi Selatan tahun tersebut akan diselenggarakan setelah Pemilihan umum Presiden Indonesia pada bulan Pebruari 2024 (Pilpres) dan Pemilihan umum legislatif Indonesia. Artinya, para calon itu sebagai politisi masih akan bekerja untuk menyukseskan pemilu presiden dan legislatif sebelum pilgub yang mereka akan maju sebagai calon.
Selain ASS, nama-nama berikut berpotensi maju ke arena pilgub Sulsel yang akan datang. Tokoh-tokoh itu adalah: Ilham Arief Sirajuddin, Mantan Wali Kota Makassar; Danny Pomanto, Wali Kota Makassar; Adnan Purichta Ichsan, Bupati Gowa; Taufan Pawe, Wali Kota Parepare; Indah Putri Indriani, Bupati Luwu Utara; Andi Fahsar M.,…. Atau, masih banyak yang lain yang satu persatu diungkap ke publik oleh berbagai sumber pemberitaan, termasuk media sosial.
Wakil Ketua DPR yang juga Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar pernah mengusulkan penghapusan jabatan gubernur guna menciptakan efisiensi anggaran. Anggaran gubernur itu besar, katanya. Ia menilai fungsi koordinasi gubernur dengan bupati dan wali kota juga tidak berjalan dengan baik. “Gubernur ngumpulin bupati atau wali kota sudah tidak didengar, karena gubernur ngomong apa saja bahasanya sudah sama dengan (pemerintah) pusat. Lebih baik dipanggil menteri daripada dipanggil gubernur”, katanya lagi. Selain itu, anggaran untuk pemilihan gubernur juga relatif besar. Anggaran besar untuk kepala daerah tingkat provinsi itu bisa dialihkan untuk peningkatan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. “Ndak usah dipakai untuk yang lain-lain. Intinya, bagaimana meningkatkan SDM saja. Kita tidak butuh pakai baju yang terlalu bagus, terpenting otaknya cemerlang”, ujar Muhaimin Iskandar.
Meski masuk akal, namun usul ketua umum PKB itu belum bisa diterima. Para tokoh masih terus menyosialisasi diri untuk menjadi gubernur. Gambar wajah mereka sudah tersebar untuk menarik simpati.
Semoga saja pilgub pilpres serta pileg terselenggara bukan hanya sesuai peraturan, tapi tak kurang pentingnya dari itu adalah berlangsung dengan damai, termasuk damai sesudahnya. Untuk pilgub Sulsel, baik dihimbau untuk belajar dari pemilu nasional. Setelah terselenggara, agaknya sebagai warga bangsa, kita terbelah, hingga saat ini. Mari berpilgub dengan tetap merawat keutuhan kita sebagai warga Sulsel!