FAJAR, MAKASSAR-Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Makassar Timur Periode 2022-2023 menggelar Intermediate Training (LK2) tingkat nasional bertajuk “Trajektori HMI: Islam Progresif dan Transformasi Sosial”.
Kegiatan yang akan berlangsung selama sepuluh hari terhitung sejak tanggal 1 Maret sampai tanggal 10 Maret 2022 itu, dibuka secara resmi oleh Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Raihan Ariatama, di Gedung IPTEKS Unhas.
Pada Pelaksanaannya, acara pembukaan Intermediate Training tersebut dihadiri oleh Ketua Umum HMI Cabang Makassar Timur, Muh. Fariz Zainal Islami, Ketua Umum Badko HMI Sulselbar, A. Ikram Rifqi, Ketua Umum HMI Cabang Makassar, Muh. Arsy Jailolo, Ketua Kohati Cabang Makassar Timur, Nurunnisa Yistikarini, Ketua Kohati Badko HMI Sulselbar, dan Iin Alfiani.
Turut hadir juga Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Hasanuddin, Prof. drg. Muhammad Ruslin, M.Kes, Ph. D, Sp.BM. (K), dan Staf Ahli Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Prof. Dr. H. Muhammad Adlin Sila, MA. Ph. D.
Ketua Umum HMI Cabang Makassar Timur, Muh. Fariz Zainal Islami pada kesempatannya menyampaikan, bahwa Intermediate Training (LK2) dilaksanakan sebagai upaya untuk membentuk kaum muslim yang terhindar dari degradasi intelektual.
“Kita dihadapkan dengan degradasi intelektual, oleh karena pentingnya menjaga peradaban intelektual bangsa, kekayaan khazanah pengetahuan kaum muslim, maka penting kiranya HMI melakoni perannya dalam menangkal semakin meluasnya degradasi intelektual. Salah satunya dengan melakukan Intermediate Training,” kata Fariz.
Ia juga mengungkapkan, bahwa forum Intermediate Training itu harus menjadi titik bertemunya gagasan Islam yang Progresif.
“Melalui Intermediate Training ini, kita hendak untuk mewujudkan atau memunculkan gagasan-gagasan Islam Progresif. Forum ini Insyaallah akan menjadi titik temu gagasan muslim yang Progresif dalam memandang dan menghadapi tantangan peradaban hari ini,” ujarnya.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Ketua Umum PB HMI, Raihan Ariatama menerangkan tentang keterkaitan Islam dan Nasionalisme.
“Islam dan Nasionalisme harus dipandang sebagai sesuatu yang tak terpisahkan. Seperti yang didaku oleh Soekarno, bahwa Islam dan Nasional itu saling berkaitan, saling membutuhkan, dan saling melengkapi. Sebetulnya, itulah juga konsepsi HMI, bagi kita di HMI Nasionalis itu bagian dari nilai-nilai keislaman, begitu pun sebaliknya,” terang Raihan.
Lebih lanjut, Imam Besar HMI itu juga menambahkan, bahwa gagasan Islam Progresif telah banyak digaungkan oleh pemikir-pemikir Islam belakangan ini.
“Para pemikir Islam belakangan ini mencoba untuk membangun gagasan yang lebih tajam tentang Islam. Salah satunya gagasan tentang Islam Progresif. Islam yang digagas untuk mengembalikan keadilan muslim, yang hendak merebut hak-hak kaum muslim, yang ingin mewujudkan kesejahteraan. Tentu semuanya didasarkan pada kondisi sosial ekonomi politik,” tambahnya.
Tak hanya itu, ia juga menegaskan Islam Progresif sebagai upaya untuk melawan segala bentuk keburukan. Menurutnya, Islam Progresif hadir sebagai tawaran intelektual kaum muslim untuk melawan kesenjangan dan memberangus kedzoliman. Tidak heran apabila hari ini bermunculan banyak gagasan tentang Islam Progresif. (*)