English English Indonesian Indonesian
oleh

Presiden Baru

Ada nada yang terasa lain ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) berbicara di depan peserta Rapat Kerja Nasional PAN. Ia menyampaikan pesan dan  harapan kepada Presiden Indonesia berikutnya. Pesannya: agar perubahan dan hal-hal yang sudah dia lakukan dapat dilanjutkan.

Pada kesempatan itu Jokowi menunjukkan pembangunan infrastruktur yang awalnya Jawa Sentris — sudah diubahnya menjadi Indonesia sentris. Pembangunan infrastruktur yang masif di luar Pulau Jawa diyakini Jokowi telah membuat terjadinya pergeseran arah investasi dari pulau Jawa ke arah luar Pulau Jawa.

Dalam arahannya — Presiden Jokowi juga mengingatkan satu hal penting yang harus dilakukan adalah ‘hilirisasi’. Menurut Jokowi ‘hilirisasi’ yang sudah dilakukan pemerintahannya, telah meningkatkan nilai ekspor puluhan kali dibandingkan ketika yang diekspor bahan mentah. Belum lagi ‘hilirisasi’ telah membuka lapangan kerja yang begitu masif di beberapa daerah dan meningkatkan kehidupan ekonomi di beberapa kawasan di luar Pulau Jawa.

**

Kita sepakat memang banyak perubahan yang terasa selama 8 tahun Jokowi menjadi Presiden Indonesia. Setidaknya, jika benar di tahun 2024 kita akan punya Ibukota baru: Nusantara — di Kalimantan Timur. Tentu akan membawa efek yang luar biasa dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Menyentuh dan akan mengubah berbagai aspek kehidupan ekonomi, sosial hingga politik.

Hilirisasi yang diwarnai penghentian ekspor bahan mentah hasil tambang — telah  memacu pembangunan smelter di beberapa daerah. Meskipun ada juga yang menyatakan bahwa ketika smelter telah dibangun ekspor tetap jalan, tangan ‘oligarki’ bergerak agar ekspor disetop, agar bahan untuk smelter tetap ada. Kritikan atas pembangunan smelter juga datang, karena meskipun nilainya ‘bertambah’ luar biasa — tetapi kata satu dua  pengamat ‘uangnya’ tetap mengalir keluar karena sebagian besar saham dimiliki asing. Meskipun harus kita ketahui, tetap ada smelter yang dibangun oleh pengusaha nasional.

Penghentian ekspor bahan mentah nikel — juga menjadi objek gugatan di World Trade Organization (WTO). Indonesia kalah di tingkat pertama dan sudah mengajukan banding. Sebuah ‘jejak sikap nasionalisme’ yang mungkin perlu dicontoh oleh pemerintahan akan datang. Presiden Jokowi meminta — ke depan semua ekspor bahan mentah  tambang harus distop, “Stop nikel, stop bauksit, stop  timah, stop tembaga, stop emas, apa yang akan kita dapatkan?”

**

Lepas dari semua diskusi di atas, ada satu kata kunci dari Presiden Jokowi: akan ada Presiden berikutnya. Akan ada Presiden baru. Tidak seperti yang dikuatirkan orang dan dihembuskan pihak-pihak tertentu: Presiden 3 periode atau perpanjangan masa jabatan dengan penundaan Pilpres dan Pemilu. Kita sepakat mencatat perubahan positif yang telah dilakukan Presiden Jokowi. Namun kita tidak boleh begitu saja mengabaikan kritikan atas pembangunan IKN yang dinilai terlalu memaksakan keuangan negara. Kita juga mencatat suara sumbang terkait berbagai hal di bidang penegakan hukum, turunnya Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (juga adanya isu ‘pemandulan KPK) hingga berbagai peristiwa yang dinilai mengabaikan penegakan HAM.

Namun Presiden Jokowi sudah mengirim pesan penting dibalik arahan dan pesannya; kita akan punya Presiden Baru. Kita meyakini pesta demokrasi tetap akan hadir di 2024. Kita harus mengabaikan isu-isu miring terkait penundaan pemilu dan lainnya. Pemerintah tetap berada di rel perjalanan demokrasi yang sudah disepakati. Kita meyakini — siapapun pasti akan mengingat apa yang disampaikan penyair dan filsuf Romawi, Marcus Annacus Lucanus — “Exeat aula, qui vult esse pius.” Mereka yang ingin tetap menjadi orang baik hendaknya meninggalkan istana. **

News Feed