English English Indonesian Indonesian
oleh

Film “Sweet As” Diputar di FSAI, Mengajak Berinteraksi dengan Alam Australia

FAJAR, MAKASSAR-Kedutaan Besar dan Konsulat-Jenderal Australia di Indonesia kembali mengadakan Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) ke layar lebar. Film-film terbaik Australia ditampilkan pada FSAI ke-8 itu.

FSAI ini mencakup beragam genre dengan perayaan kisah-kisah unik Australia yang menyoroti sejarah, keragaman, dan kreativitas sineasnya. Festival tahun ini menghadirkan masterclass di tujuh kota di seluruh Indonesia yaitu, Makassar, Jakarta, Surabaya, Mataram, Yogyakarta, Bandung, dan Tanggerang Selatan.

“FSAI merupakan kesempatan bagi penonton Indonesia untuk melihat film-film Australia di lebar. Ini juga menampilkan karya-karya yang dihasilkan alumni Australia Indonesia kami yang berbakat,” kata Konsul-Jenderal Australia di Makassar, Bronwyn Robbins.

Dalam mendorong industri film tanah air, Konsulat Jenderal Australia di Makassar menggelar Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI). Dengan menampilkan film terbaik Australia di layar lebar Indonesia.

FSAI kali ini akan memberi kesempatan luar biasa kepada sineas Makassar untuk berinteraksi dengan salah satu penulis film Australia untuk mendapatkan pengalaman terbaik dalam perfilman Asutralia dan Indonesia.

Menyuguhkan tujuh film dan sesi masterclass oleh Steve Rodgres, yang diawali dengan pemutaran film “Sweet As”. Salah satu Penulis Film “Sweet As”, Steve Rodgers menggambarkan film Sweet As adalah sebuah film remaja yang menggembirakan tentang sisi lain dari persahabatan, cinta pertama, dan menemukan jati diri di jalan yang jarang dilalui oleh masyarakat Australia.

Menurut, Steve film ini menggambarkan tentang kehidupan anak perempuan bernama “Murra” ketika beranjak remaja di wilayah Australia bagian barat. Ia ingin mengajak penonton untuk mencintai alam dan tanah seperti yang dilakukan orang bangsa pertama dan pribumi pada zaman itu.

“Film ini merupakan ajakan kepada semua orang di seluruh dunia untuk turut berpartisipasi dalam hubungan pribumi yang ada di tanah air, dan film ini mencakup landskap keseluruhan Australia yang indah,” jelas saat wawancara khusus di CGV Panakukang, Jumat, 24 Februari.

Ibu “Murra” seorang pecandu narkoba. Remaja ini tak tahan dengan kelakuan sang Ibu. Murra pun menelepon polisi teman dekatnya untuk menangkap sang ibu. Tetapi, sang ibu yang awalnya di borgol di kaki meja berbohong agar borgolnya dilepas karena ingin buang air kecil. Bukannya ke WC, malah pergi meninggalkan “Murra” dengan mobil.

Kisah pun berlanjut dengan “Murra” diajak bersama remaja-remaja lainnya untuk ikut rombongan belajar. Di situlah, Murra bersama remaja lainnya dibekali kamera. Ia diajak ke alam. Mereka pun memotret alam. Murra pun demikian, ia memilih memotret pohon, batu, dan tanaman. Ia merekam alam. Seperti apa kisah berikut perjalanan Murra dengan alam, temannya, dan sang Ibu? Tonton filmnya di CGV Panakukang FSAI saat berlangsung hingga 26 Februari. Link daftar nonton FSAI.id

Tampak sejumlah pejabat menyaksikan film tersebut, seperti Kepala Dinas Pariwisata Kota Makassar Muhammad Roem, Kepala Dinas Koperasi dan UKM, Mernawati dan Wakil Rektor IV Unhas, Prof Adi Maulana. Film juga disaksikan sejumlah awak media dan penonton umum lainnya.

Sekadar diketahui juga, Film “Sweet As” merupakan sebuah film asal Australia. Film ini pertama kali ditayangkan pada Festival Film Internasional Melbourne pada bulan Agustus 2022, di mana Jub Clerc meraih Penghargaan Inovasi. Selain itu, film ini juga tampil pada Festival Film Internasional Toronto 2022 dan meraih Penghargaan NETPAC sebagai film terbaik dari wilayah Asia/Pasifik.

Film ini disutradarai oleh Jub Clerc dan dibintangi oleh Shantae Barnes-Cowan (Murra), Mark Coles Smith, Ngaire Pigram, Carlos Sanson Jr, Pedrea Jackson, Mikayla Levy, Andrew Wallace, dan Tasma Walton. (mil-ham/*)

News Feed