Senin dini hari, 6 Februari 2023, Turki, dilanda gempa mematikan. Ribuan orang tewas seketika. Bahkan, jumlahnya diprediksi akan terus meningkat.
Gempa bagi sebagian besar rakyat di negara itu hal yang lumrah. Sebab, daerahnya selalu dilanda gempa. Mirip seperti Sulawesi Barat. Hanya saja, banyak yang tak menyangka gempa dini hari itu benar-benar mematikan.
Goncangan pertama yang terjadi pada pukul 04.17 waktu Turki atau 09.00 WITA itu disebut gempa kerak dangkal. Kekuatannya 7,8 magnitudo yang berada di kedalaman 24,1 kilometer. Lalu 15 menit kemudian gempa berkekuatan 6,7 magnitudo.
Banyaknya korban jiwa tidak terlepas dari beberapa kondisi. Lokasi gempa berada di daerah padat penduduk. Kemudian, waktu kejadian saat banyak masyarakat yang terlelap. Satu lagi adalah konstruksi bangunan yang tidak tahan gempa.
Khusus alasan ketiga ini sedianya dapat dijadikan pelajaran. Khususnya bagi pemerintah dan masyarakat di Sulsel.
Betapa tidak. Gempa Turki tidak lain dipicu pergerakan Sesar Anatolia Timur. Sepatutnya pemerintah Turki dapat mencegah jatuhnya korban jiwa yang banyak dengan mitigasi.
Juga, merancang konstruksi yang tahan gempa dan lainnya. Ya, boleh dikata pemerintah Turki abai. Atau bisa saja, masyarakatnya yang tak mengindahkan regulasinya.
Nah, di Indonesia, khususnya Sulsel, merupakan wilayah yang dilalui Sesar Walanae. Karena itu, selaiknya pemerintah dan masyarakat terus waspada. Meningkatkan mitigasi bencana.
Mitigasi bukan sekadar mengedukasi agar masyarakat mampu menyelematkan diri saat terjadi gempa. Atau sekadar mengimbau agar masyarakat bersahabat dengan alam.
Tidak seperti itu. Pemerintah perlu membuat formulasi. Khususnya di daerah yang dilalui Sesar Walanae. Seperti, Kabupaten Enrekang, Sidrap, Wajo, Bone, dan lainnya. Seperti, menerapkan regulasi konstruksi yang tahan gempa.
Tidak ada salahnya pemerintah pusat dan daerah mengambil langkah sigap. Salah satunya melakukan audit struktur gedung di wilayah rawan gempa. Hal ini penting dikarenakan pembangunan harus sesuai dengan kondisi tanah.
Kondisi tanah dan bebatuan di atas tanah yang dilalui Sesar Walanae tentu sangat berbeda. Setidaknya, riset para peneliti bisa dijadikan acuan. Lalu diterapkan pemerintah dalam pembangunan, seperti jembatan.
Contoh kecil ini dapat ditiru masyarakat. Hingga akhirnya tercipta bangunan yang berstandar atau sesuai pedoman di wilayah rawan gempa. Sebab, kebanyakan manusia pasti akan meniru hal yang baik dari orang yang terpercaya.
Satu lagi, jangan lupa berdoa pada Allah SWT. Sebab, manusia tidak dapat mencegah apa yang sudah menjadi kehendaknya. Khususnya di saat banyak manusia yang sedang lalai. Selamat bekerja. (_)