OLEH: Sukardi Weda, Guru Besar UNM & Sekretaris MUI Sulsel
Beberapa hari belakangan ini, baliho perihal Hari Lahir 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) berdasarkan kalender hijriah menghiasi sudut – sudut kota dan pemberitaan di media massa dan media online, tak terkecuali di media sosial.
Tidak hanya sampai di situ, untuk menyemarakkan peringatan Harlah 1 Abad NU 2023 ini, kaus 1 Abad NU juga dipajang di tokopedia. Harlah untuk memperingati 100 tahun berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) akan jatuh pada tanggal 7 Februari 2023 atau bertepatan dengan 16 Rajab 1444H.
NU didirikan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dan beberapa ulama lainnya tapatnya pada 31 Januari 1926 M bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H di Surabaya, Jawa Timur. Lahirnya NU sebagai salah satu wujud perlawanan terhadap kolonialisme. Alasan lainnya, keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisai pendidikan dan pembebasan, termasuk lahirnya NU atau Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama), seperti yang dikutip oleh penulis dari laman NU Online.
Harlah 1 Abad NU 2023 ini mengangkat tema “Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru.” Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menjelaskan bahwa pilihan tema tersebut didasarkan pada sebuah hadits Rasulullah saw. mengenai adanya pembaharu di setiap 100 tahun.”Allah Swt. setiap 100 tahun membangkitkan di kalangan umat ini pembaharu,” kata Kiai yang akrab disapa Gus Yahya itu menerjemahkan sebuah hadits sahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud (Yulaika Ramadhani, 2023).
Seabad kehadiran NU telah mengukir sumbangsih besar untuk perjalanan bangsa Indonesia dan telah melahirkan banyak tokoh dan cendikiawan yang menjadi pelopor pembangunan bangsa ini. Sebut saja ada KH. Abdul Rahman Wahid atau Gus Dur, yang menduduki posisi nomor wahid di negeri ini, yakni menjadi Presiden RI ke-3. Kemudian ada Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin yang mendampingi Joko Widodo (Jokowi) pada periode keduanya sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. Untuk posisi jabatan menteri, dirjen, gubernur, walikota, bupati, dan jabatan penting lainnya tidaklah terhitung jumlahnya. Ini menunjukkan bahwa NU telah berhasil menjadi organisasi masyarakat Islam terbesar yang telah melahirkan para tokoh pemikir dan pembangun bangsa ini menuju Indonesia Emas 2045.
NU telah lulus dari berbagai tantangan, hadir di masa pergerakan, merasakan suka duka zaman revolusi, berkarya di era kemerdekaan, mengambil peran di era reformasi, dan pasca reformasi, melaui program pro rakyatnya, terutama pada rakyat marginal dan pro akan keutuhan NKRI.
NU adalah ormas Islam terbesar di Indonesia dan cabangnya tersebar di sejumlah negara sahabat. NU juga telah memberikan sumbangsih besar untuk perjalanan bangsa Indonesia. NU adalah ormas Islam yang dalam menyampaikan dakwah, tausyiah, dan khotbahnya senantiasa mendahulukan kesejukan, kearifan dan kebijaksanaan, serta merangkul semua lapisan masyarakat.
NU juga senantiasa menyampaikan dakwahnya secara moderat, wasatiyah, atau mengambil jalan tengah, dan bersifat inklusif. NU terus memperjuangkan perlunya moderasi beragama, dengan saling menghargai sesama mahluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, dalam dakwah dan tindak tanduk kaum Nahdliyin dalam kehidupan sehari – hari selalu mengutamakan aspek persaudaraan dan toleransi, baik sesama umat Islam dari ormas Islam yang berbeda maupun dengan sesama umat beragama dari penganut agama lain. Kaum Nahdliyin senantiasa merajut harmoni dalam masyarakat dengan mengedepankan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah Wathaniyah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah Basyariyah atau Insyaniyah (persaudaraan sesama umat manusia).
NU adalah salah satu ormas Islam yang tegas mempertahankan keutuhan NKRI dan NKRI bagi Nahdliyin adalah harga mati. Sehingga orang di luar NU acapkali bertanya, “Mengapa NU begitu spartan mempertahankan NKRI?. Demikian catatan Iip D Yahya, sang penulis buku NU Penjaga NKRI. Mengapa demikian, karena NU sejak awal adalah pendiri negara tercinta ini.
“Selamat Harlah NU yang ke-1 Abad, semoga dengan umur yang genap 100 tahun ini menjadi momentum mendigdayakan NU untuk menggapai masa depan gemilang.” (*)