“Pemerintah juga harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat hingga lapisan bawah terkait mitigasi kebencanaan. Ini yang sementara dikembangkan Unhas agar bisa mengedukasi masyarakat, namun ini butuh campur tangan dari pemerintah,” imbuh dosen Teknik Geologi Unhas ini.
Mitigasi
Sulsel memiliki catatan sejarah yang panjang tentang kebencanaan, termasuk gempa. Semua pihak harus mempersiapkan diri menghadapinya. Literasi bisa meningkatkan ketangguhan atau risiliensi terhadap bencana.
Interaksi antarlempeng bumi yang membentuk Pulau Sulawesi menghasilkan patahan-patahan atau sesar-sesar aktif regional di beberapa wilayah tertentu. Sebut saja patahan Palu-Koro, Patahan Matano, Patahan Mamuju-Majene, dan Patahan Lawanopo.
Patahan-patahan ini membentuk sebuah jalur. Di sepanjang jalur itu akan sering terjadi gempa, baik yang dangkal maupun dalam.
“Pemda harus melakukan pemetaan potensi rawan bencana. Selanjutnya melakukan program mitigasi dan edukasi,” saran Prof Adi Maulana, pakar kebencanaan Unhas.
Pemda semestinya mempersiapkan building code atau aturan mendirikan bangunan di wilayah rawan gempa. Izin mendirikan bangunan (IMB) harus betul-betul dicek apakah fondasi, struktur, dan desain bangunan, sudah memenuhi syarat bangunan tahan gempa. Terutama bangunan publik, seperti kantor, rumah sakit, hotel, pusat perbelanjaan, dan tempat ibadah
Rencana kontigensi ketika gempa terjadi, peta lokasi pengungsian, jalur evakuasi, dan shelter atau tempat penampungan untuk pengungsi juga mesti disiapkan. Dalam menghadapi suatu bencana harus mengetahui dan mampu menerapkan manajemen penanggulangan bencana.