Hidup kita hanya ada diantara perubahan malam menjadi siang. Dari siang menuju malam. Dua waktu itu tidak terasa mengubah pola perilaku dan cara berpikir kita, itulah perubahan yang terjadi pada diri kita. Perubahan adalah keniscayaan yang terjadi didalamnya. Dalam konsep mikro, perubahan itu bisa berwujud pada somatik (badan) kita, dari muda menjadi tua. Bisa pula perubahan terjadi pada perkembangan pikiran dan tingkah laku. Dalam konsep makro perubahan kehidupan di luar diri kita, yaitu kehidupan masyarakat. Perubahan inilah yang berlangsung terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti.
Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin melakukan perubahan. Manusia memiliki sifat selalu tidak puas terhadap apa yang telah dicapainya, ingin mencari sesuatu yang baru untuk mengubah keadaan agar menjadi lebih baik sesuai dengan kebutuhannya. Itulah dunia sekarang, yang kita hidup di dalamnya. Dunia dengan pola interaksi di dalamnya, tidak lagi dibatasi oleh dinding negara dan waktu seolah bergerak cepat. Dunia sudah dalam genggaman manusia, dunia yang menyempit dalam satu kotak ajaib yang bernama handphone.
Pada beberapa dasawarsa terakhir, kecepatan perubahan dalam kehidupan umat manusia, yaitu ketika teknologi informasi dan komunikasi mendapatkan momentumnya, semakin menampakkan jati dirinya. Pola interaksi di antara manusia mengalami perubahan yang amat signifikan dan mendasar. Beragam hal yang hanya bisa diimpikan orang-orang terdahulu kini tampak nyata di depan mata. Arus perubahan ini nyaris seperti gelombang tsunami yang menyapu kota-kota dan menghanyutkan semua yang ada, termasuk kesadaran sebagian besar manusia. Pada satu sisi, manusia hidup dalam era perubahan yang amat cepat. Namun, pada sisi yang lain, banyak manusia tidak paham dengan apa yang terjadi.
Setiap perubahan zaman yang melingkupi peradaban manusia, menuntut manusia berganti gaya dan kebiasaan. Saat sekarang kita memasuki peradaban baru yang sangat high-tech. Hal ini menuntut manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, agar tidak tergerus oleh fluktuasi kehidupannya sendiri. Dalam dunia modern saat ini, kehidupan manusia bergulir begitu cepat dan dinamis.
Hal ini dipengaruhi oleh bagaimana kebutuhan manusia yang semakin banyak. Cara pemenuhan kebutuhan yang semakin beragam, tuntutan lingkungan maupun pekerjaan yang semakin tinggi, namun, namun waktu kita tidak lebih 24 jam. Perubahan sebagai sebuah keniscayaan, pada dasarnya adalah salah satu hakikat dari diciptakannya manusia. Kita diberikan kemampuan penyesuaian diri dalam kehidupan ini agar dapat bertahan hidup. Bukankah bumi ini diciptakan untuk manusia yang berfungsi sebagai khalifah Tuhan.
Manusia, demikian dalam al-Qur’an, adalah puncak penciptaan Allah dengan tingkat kesempurnaan dan keunikannya yang prima dibanding makhluk lainnya. Disinilah keunikan manusia yang mampu beradaptasi dengan alam dengn perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya. Manusia sebagai mahluk Tuhan, dibekali akal-budi untuk memenuhi kebutuhannya. Kelebihan manusia terletak pada akal budinya yang tidak dimiliki oleh mahluk lain.
Akal merupakan kemampuan berpikir yang digunakan manusia untuk memecahkan masalah- masalah hidup yang dihadapinya. Karena keunikannya itulah manusia mempunyai fungsi sebagai “mandataris” Tuhan di bumi. Selain itu, manusia adalah “hanief”, makhluk yang cinta kepada kesucian dan selalu cenderung kepada kebenaran, dhamier (hati nurani) manusia selalu mendendangkan arah kebaikan dan selalu menuju kepada kebenaran. Apapaun perubahan yang terjadi, manusia tidak pernah kehilangan jati dirinya. Hanya satu yang ingin dicapai manusia, yaitu kebaikan yang membawa kebahagiaan. Wallahu a’lam. (*)