English English Indonesian Indonesian
oleh

Harapan

Seperti  menanti harapan yang tidak jelas, seperti itulah kita menunggu tahun 2023. Oleh para “peramal intelektual”   memperkirakan inflasi akan menurun secara global, tetapi tetap sangat tinggi. Indonesia mengalami perlambatan ekonomi, dunia politik nasional menghadapi pemilu dengan tensi tinggi sehingga dapat memengaruhi kesejahteraan dan layanan masyarakat hingga tata kelola hidup bernegara. Belum lagi wabah Covid-19, walaupun masih bisa diatasi,  namun belum hilang betul dan masih menjadi ancaman setiap saat.

Manusia membuat rencana,  Tuhan menentukan takdir. Sejak zaman azali semua perilaku dan keinginan manusia sudah tertulis, namun itu bukanlah final, karena Allah memberi manusia kuasa atas hasil usahanya dan ditutup dengan doa yang diijabah. Seperti ungkapan Ibnu Taimiyah, “Tidak ada jalan keluar bagi manusia dari ketentuan-Nya/namun manusia tetap mampu memilih yang baik dan yang buruk/jadi bukannya ia itu terpaksa tanpa kemauan/melainkan ia berkehendak dengan terciptanya kemauan (dalam dirinya)”.

Hasan Bashri seorang Sufi Besar yang hidup di abad pertama Hijriyah berkata: “Dunia ini hanya ada tiga hari; kemarin, hari ini dan esok. Kemarin telah berlalu bersama dengan apa yang ada di dalamnya. Sedangkan hari esok semoga anda menemuinya. Adapun hari ini adalah milikmu, maka beramallah di dalamnya.”

Manusia tidak dapat melepaskan diri dari waktu dan tempat. Mereka mengenal masa lalu, kini dan masa depan. Kesadaran manusia tentang waktu berhubungan dengan bulan dan matahari dari segi perjalananya (malam saat terbenam dan siang saat terbit). Waktu, pada hakekatnya dia sedang mengurangi makna hidupnya. Bahkan, kesengsaraan manusia bukan karena berkurangnya harta, tetapi karena membiarkan waktu berlalu tanpa makna. Waktu adalah usia kehidupan, sebagai medan eksistensi manusia, dan merupakan tempat ia berlindung dan menetap, tempat ia dapat memberi manfaat kepada orang lain dan tempat ia diambil manfaatnya oleh orang lain. Memanfaatkan waktu merupakan amanat Allah kepada makhluknya. Bahkan, manusia dituntut untuk mengisi waktu dengan berbagai amal dan mempergunakan potensinya, karena manusia diturunkan ke dunia ini adalah untuk beramal

Nasihat agama dari orang-orang saleh menganjurkan untuk mengisi waktu lebih banyak beramal di dunia ini. Bagi mereka, seperti mengutip ayat al-Qur’an, hidup di dunia seperti kita bermain-main. Dunia bermain adalah dunia tanpa terasa, seperti  anak-anak yang bermain-main. Mereka  memperoleh kesenangan dan kepuasan sewaktu dalam permainan itu. Semakin pandai mereka mempergunakan waktu bermain, semakin banyak kesenangan dan kepuasan yang mereka peroleh. “Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?” (QS. al-An’am: 32).

Ketika term waktu dikaitkan dengan ajal, ia menunjukkan  batas akhir dari segala sesuatu, baik usia, kegiatan, dan peristiwa apapun. Ajal  akan datang kepada siapa saja. Semuanya akan menemui waktu (ajal)nya. Di samping ajal yang akan datang pada setiap orang, yang tidak dapat didahulukan dan juga tidak dapat ditunda, ada juga ajal bagi masyarakat. Ketika satu masyarakat telah sampai pada satu tingkat yang amat menggelisahkan, ketika itulah suatu masyarakat akan runtuh, baik dari segi ekonomi maupun sosial dan agama. Introspeksi  dan evaluasi diri serta harapan merupakan bagian penting dalam hidup manusia. tahun depan diharapkan  dapat lebih baik daripada pencapaian tahun sebelumnya. “Kepada-Mu, aku memohon bimbingan-Mu agar aktivitas keseharianku mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan. Wallajhuna’lam. (*)

News Feed