English English Indonesian Indonesian
oleh

Kisah Korban Pekerja Tambang, “Sedih Sekali Pak, Saya Keluarkan Itu Cuma Tulang”

“Saya yang buka peti anak saya. Sedih sekali pak. Saya keluarkan itu cuma tulang, tidak ada lagi wajah anak saya. Saya angkat dia dari peti satu-satu. Saya masukkan ke kafan. Sebenarnya saya tidak kuat, tapi itu anak saya.” kata ayah Nirwana, Selle.

WIDYAWAN SETIADI
PINRANG

Darna tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Matanya berkaca-kaca, mengenang putrinya, Nirwana Selle, Rabu, 28 Desember. Putrinya menjadi korban kecelakaan kerja PT GNI, Morowali Utara, Sulawesi Tengah, Kamis, 22 Desember.

Nirwana adalah anak keempat dari lima bersaudara. Selepas menuntaskan studi di jenjang SMK, dia enggan menlanjutkan pendidikan. Dia hanya ingin bekerja untuk meringankan beban ekonomi keluarga.

”Dia tidak mau kuliah, cuma mau kerja. Setelah dia dengar itu perusahaan buka, dia ngotot mau ke sana. Akhirnya saya bawa lah,” kata Darna, saat ditemui FAJAR di kediamannya, Desa Bunga, Kecamatan Mattiro Bulu, Kabupaten Pinrang, Rabu, 28 Desember 2022, petang.

Setelah mengantar putrinya mendaftar kerja pada 2020, Darna pulang. Pekerjaannya tidak bisa ditinggalkan. Dia adalah guru SD 86 Mattirobulu, Pinrang.

Nirwana bertahan di Morowali menunggu pengumuman kerja. Nirwana tinggal dengan ayah angkatnya selama satu tahun. Pada masa menunggu itu, Nirwana kerja apa saja untuk memenuhi kebutuhannya.

”Dulu dia empat orang, tapi tiga temannya menyerah, cuma dia yang bertahan, masih terus menunggu pengumuman kerja. Di masa menunggu itu, sembarang dia kerjakan. Jual barang pecah belah, jualan kue, jual bakso, dia tidak bisa diam. Itu satu tahun,” kenang Darna.

Dia bertahan selama 15 bulan, sebelum akhirnya tragedi pada Kamis subuh, 22 Desember tiba, ditempatnya bekerja di PT Gunbuster Nickel Industry (GNI). Tungku smelter meledak dan terjadi kebakaran. Tubuhnya habis terbakar, sisa tulang.

Nirwana merupakan operator crane. Mengangkat dan menurunkan material nikel. Saat itu, dia mendapat tugas ship malam. Mulai pukul 24.00 malam hingga pagi hari.

Sebelum berangkat kerja, dia selalu tidur lebih dulu. Malam itu, dia tidur bersama ibunya. Dia minta dipeluk dan tidak mau berpisah dengan ibunya. Pukul 10 malam, Rabu, 21 Desember, dia berpamitan dengan ibunya untuk berangkat kerja. “Jadi kalau sudah jam 10, dia berangkat. Karena kosnya lumayan jauh dari tempat kerjanya. Ketika subuh, terjadilah kecelakaan itu,” kata Darna.

Darna tidak menyangka pulang ke Pinrang dengan kesedihan. Dia berangkat dari Morowali bersama empat orang pihak perusahaan. Satu sopir, satu tenaga medis, satu tim keuangan dan satu lagi HRD. Dia pulang menggunakan ambulance, bersama peti mati putrinya.

Setibanya di Pinrang, dia disambut riuh tangis. Anak, saudara, tetangga, dan tentu saja suaminya, Selle. Bahkan Selle pun mengaku terpukul melihat kondisi putrinya.

”Saya yang buka peti anak saya. Sedih sekali pak. Saya keluarkan itu cuma tulang, tidak ada lagi wajah anak saya. Saya angkat dia dari peti satu-satu. Saya masukkan ke kafan. Sebenarnya saya tidak kuat, tapi itu anak saya,” katanya.

Meski begitu, jenazah Nirwana tetap disemayamkan berama peti matinya. ”Dia dimakamkan sama peti. Karena kondisinya memang sedih pak, lebih baik sama peti saja,” kata dia.

Pelukan Terakhir untuk Ibu

Malam itu Darna tidak merasakan firasat apa-apa terkait anaknya. Dia juga tidak curiga. Dia hanya melihat gelagat anaknya yang sedikit berubah semenjak dia datang berkunjung ke sana.

Darna tiba di Morowali pada Jumat, 16 Desember sore, Nirwana langsung memeluk, mencium dan tidak mau lepas dari ibunya. Namun Darna menganggap gelagat itu hanya bagian dari ekspresi rindu semata. “Pas saya baru tiba, dia langsung lompat peluk saya. Dia cium saya, pokoknya tidak mau lepas. Memang dia ramah, tapi jarang seperti itu,” jelasnya.

Bahkan sebelum Darna berkunjung ke Morowali, hampir setiap hari Nirwana menelepon, meminta ibunya berkunjung ke sana. Tetapi karena Darna masih mengajar dan aktivitas sekolah sedang ulangan, maka Darna tidak bisa berangkat saat itu.

Setelah pekerjaannya selesai, Darna meminta izin kepada kepala sekolah untuk mengunjungi Nirwana. Akhirnya, Jumat malam, 16 Desember, Darna berangkat. Dia tiba Jumat sore, dan langsung disambut putrinya.

Di sana, Darna mengaku selalu tidur dengan putrinya. Dua malam pertama selalu tidur malam penuh. Karena putrinya masuk ship pagi. Empat malam berikutnya, hanya setengah malam saja, karena putrinya masuk ship malam.

Bahkan malam sebelum dia wafat, Nirwana meminta agar ibunya menghabiskan akhir tahun dengan dia. Sehingga, Darna berencana menunda kepulangan sampai tanggal 4 Januari.

“Saya rencana pulang cepat, Tapi dia menolak, katanya nanti setelah tahun baru saja. Mau bakar-bakar ayam dulu. Akhirnya rencana saya pulang tanggal 4 Januari, karena tanggal 2 itu anak-anak sudah mulai sekolah. Tetapi ya begini, pulang lebih cepat,” terangnya. (*/ham)

News Feed