English English Indonesian Indonesian
oleh

Penyebaran Tuberkulosis di Sulsel Masih Tinggi

FAJAR, MAKASSAR -Penyebaran tuberkulosis (TB) yang ralatif mudah, patut diwaspadai. Apalagi Sulsel masuk dalam posisi ke sembilan penemuan dan penanganan penyakit TB tertinggi dari 34 provinsi di tanah air. 

Penanggungjwab Program TB Dinkes Sulsel, Dr. Andi Julia Junus, S.Km, M.Kes menyampaikan laporan Badan Kesehatan Dunia atau WHO per Oktober tahun 2022, Indonesia saat ini adalah negara dengan penyumbang kasus TBC nomor dua di dunia dengan estimasi beban kasus 969.000. Jumlah kematian di angka 144.000 atau 16 orang meninggal setiap jamnya.

Tak terkecuali di Sulsel, kasus yang diemukan mencapai 19.315 baik yang TB sensitif obat maupun TB resisten obat. Bila dipresentase mencapai 62,3 persen dari target penanganan 30.985 kasus. “Target kita sebenarnya penanganan mencapai 90 persen namun keliatannya belum terealisasi. Makanya kita dorong kolaborasi dengan semua pihak untuk penanganan dan pencegahan TB,” beber Andi Julia, Jumat, 23 Desember. 

Salah satu strategi yang dilakukan adalah kerjasama dengan pelayanan kesehatan swasta misal klinik, RS dan dokter praktek untuk meningkatkan angka temuan TB ini. Tahun 2022 hal itu sudah berjalan dan akan terus dimasifkan. “Kita juga (Diskes) sudah ada MoU dengan Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis (Yamali TB). Sebelumnya kerjasama hanya dengan RS besar saja,” bebernya. 

Hal utama penyebaran TB ini disebutkan dari perilaku kebiasaan hidup, seperti meludah sembarangan, bersin tanpa memakai masker dan lainnya. Termasuk dari sisi lingkungan rumah seperti tidak memiliki ventilasi yang baik, tinggal berdekatan dengan sampah dan got, rumah terlalu rapat, lembab dan tidak terkena sinar matahari. 

“Itu membuat perkembangan TB sangat cepat. Untuk menangani ini semua perlu perlakuan lintas SKPD pada tiap daerah,” bebernya. Soal kerjasama yang sudah berjalan ini diapresiasi perwakilan Klinik Askanadiva. Dimana mereka telah menangani 53 pasien TB dengan perawatan berkala dan tanpa biaya sepersenpun kepada pasien. 

Hal sama disampaikan Koordinator Program SR Yamali TB Sulsel, Kasri Riswadi. Ia menyebut untuk pasien tertentu yang tertib menjalani penanganan TB sampai enam bulan, bahkan diberi biaya pengganti transportasi Rp600 ribu. 

“Kita betul-betul mendukung penanganan TB ini. Bagi yang terindikasi silakan periksakan ke Puskesmas atau klinik yang sudah kerjasama, itu tanpa biaya sama sekali. Bahkan kita dampingi selama penanganan,” beber Kasri. (nsrn)

News Feed