English English Indonesian Indonesian
oleh

Cukai Rokok

Urusan pajak dan cukai — di tengah urusan Piala Dunia — cukup menarik perhatian wakil rakyat. Pekan lalu kita membaca berita beberapa anggota Komisi XI DPR menghujani kritik untuk pemerintah yang telah menaikkan cukai rokok. Mereka menilai pemerintah seharusnya memperhitungkan kembali dampak dari kenaikkan cukai ini. Setidaknya mempertimbangkan dampak kepada petani tembakau dan pekerja pabrik rokok.

Urusan menaikkan cukai rokok bagi pemerintah hal yang penting untuk menekan jumlah perokok. Dalam penetapan CHT, Menkeu mengatakan, pemerintah memperhatikan target penurunan prevalensi perokok anak usia 10-18 tahun menjadi 8,7 persen yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Keputusan ini juga sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan edukasi dan sosialisasi pada masyarakat mengenai bahaya merokok.
Meski demikian, lanjut Menkeu, pemerintah juga memperhatikan beberapa aspek pada industri rokok. Bagi kalangan DPR-RI, seharusnya pemerintah perlu memikirkan strategi lain dibandingkan menaikkan cukai hasil tembakau jika memang ingin menekan konsumsi rokok di Indonesia. Mereka mengingatkan pemerintah bahwa tenaga kerja di industri tembakau ini cukup besar. Mulai dari pekerja di pabrik sampai para petani tembakau. Kalangan DPR menegaskan, “Kita perlu dengar seruan aspirasi masyarakat. Ini akan membuat petani tembakau menderita dan tidak sejahtera.” Kelompok pekerja akan menemui tantangan baru. Apalagi dengan tingkat pengangguran terbuka yang saat ini masih di angka 5,83% berpotensi akan membesar. Pasti akan ada lay off lagi di industri rokok.

**
Sebelumnya kita membaca pernyataan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) menilai keputusan pemerintah menaikkan tarif cukai hasil tembakau atau cukai rokok rata-rata sebesar 10 persen di tahun 2023 dan 2024, memberatkan para petani tembakau. Berdasarkan catatan digital yang ada — akhir November, ratusan petani tembakau melakukan unjuk rasa ke kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Bagi APTI kebijakan kenaikan cukai hasil tembakau wajib dikaji ulang oleh pemerintah. Menurutnya, kenaikan setidaknya hanya sebesar 5 persen untuk tahun 2023 saja. Bagi kereka harusnya cukai rokok jangan dinaikkan secara berturut-turut.

APTI juga menyatakan kenaikan cukai hasil rokok setiap tahunnya sangat berpengaruh terhadap harga jual tembakau yang terus melemah. Menurutnya, penurunan harga tembakau akibat kenaikan cukai sejak 2019 sudah terjadi sebesar 40 persen. Benarkah?
Tren penurunan permintaan tembakau harusnya tidak terkait dengan kenaikan cukai. Adanya kampanye dan edukasi bagi perokok dan calon perokok, ikut menurunkan konsumsi rokok. Belum lagi dengan kehadiran rokok elektrik yang menjadi mode bagi para perokok baru dan lama. Kemana para ‘pabrikan’ terkait urusan kenaikan cukai ini. Mestinya mereka yang mulai belajar untuk membagi kargin keuntungannya tanpa harus merugikan petani tembakau dan pekerjanya. Kita sama ketahui bahwa beberapa orang peringkat terkaya di Indonesia adalah para pemilik pabrik rokok.

Harusnya keputusan pemerintah menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk rokok sebesar 10% pada tahun 2023 dan 2024 nanti — tidak merugikan petani tembakau dan kalangan pekerja. Tetapi harusnya mengurangi keuntungan pemilik pabrik dan menekan keinginan merokok yang ada. Saatnya kita memahami bersama bahwa pemerintah tidak ingin konsumsi rokok menyita penghasilan masyarakat kalangan bawah. Seperti yang dipaparkan pemerintah rokok kretek filter di perkotaan menduduki urutan kedua pengeluaran masyarakat. Pertama diisi oleh beras 19,38%, lalu rokok kretek filter 12,21%, daging ayam ras 4,63%, telur ayam ras 4,12%, mie instan 2,63%, gula pasir 1,85%, kopi bubuk & kopi instan 1,84% dan seterusnya. Sedangkan di perdesaan beras menduduki urutan pertama 23,04%, rokok kretek filter 11,63%, telur ayam ras 3,49%, daging ayam ras 3,24%, gula pasir 2,53%, mie instan 2,32% dan lainnya.

**
Mungkin tak ada yang salah dengan kebijakan pemerintah menaikkan cukai rokok kali ini. Apalagi jika niatnya untuk menyurutkan perokok anak dan remaja. Semua harus bergerak. Kata Albert Einstein: Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving. ***

News Feed