Laporan Narendra Prasetya
Wartawan Jawa Pos Group
FAJAR, MAKASSAR – Maroko mendadak jadi bahan perbincangan. Bukan hanya penggemar sepak bola, emak-emak pun tahu tentang Maroko.
Apalagi kalau sudah menyebutkan ’’doa ibu”. ’’Yo wis ngunu kuwi mustajab e pandungane ibu, iso juara iki (Ya begitulah mustajabnya doa ibu, bisa-bisa (Maroko) juara (Piala Dunia).’’ Begitu yang dikatakan ibu teman saya ketika mendengarkan obrolan kami tentang Maroko dan doa ibu-ibunya.
Maklum, selama ini yang tersorot publik memang bagaimana ibu-ibu Roman Saiss dkk selalu ada di tribun stadion menyaksikan anak-anaknya mencatatkan sejarah. Tak hanya bagi negerinya, tetapi juga untuk jazirah Afrika.
Foto bek sayap Maroko Achraf Hakimi yang mendapat kecupan dari sang ibu, Saida Mouh, jadi salah satu foto yang viral di media-media seantero dunia tentang kekuatan doa ibu-ibu pemain Maroko. Foto yang diunggah Hakimi sesaat setelah mengalahkan Belgia dalam matchday kedua fase grup.
Begitu pula foto ketika winger Maroko Sofiane Boufal mengajak ibunya berselebrasi di lapangan setelah bisa mengantarkan Singa Atlas –julukan Maroko– menyingkirkan Portugal dalam babak perempat final.
Pelatihnya, Walid Regragui, pun memboyong ibunya, Fatima, ke Qatar.
Sukses Maroko jadi tim ’’doa ibu’’ itu andil besar keputusan Federasi Sepak Bola Maroko (FMF) mengundang ibu-ibu para pemain datang ke Qatar.
Mereka pun menempatkan ibu-ibu pemain Maroko tersebut di tribun yang strategis dengan jaraknya hanya 100 meter dari lapangan!