FAJAR, TOKYO – Para orang tua di Jepang resah. Itu karena angka kecanduan main game di negeri Sakura tersebut dari waktu ke waktu kian meningkat.
Survei Kementerian Pendidikan di tahun ini menunjukkan bahwa 17 persen anak-anak usia 6-12 tahun menghabiskan waktu lebih dari empat jam dalam sehari untuk bermain game. Itu naik 9 persen dari survei serupa yang dilakukan pada 2017.
Jepang selama ini memang identik dengan game. Mulai dari game ringan seperti Super Mario hingga Final Fantasy. Para pakar dan orang tua khawatir masalah kecanduan itu terus berkembang tidak akan terselesaikan. Terlebih, pemerintah pusat tidak membuat kebijakan sebagai solusi.
Itu berbeda dengan Tiongkok dan Korea Selatan (Korsel). Kedua negara itu telah memberlakukan pembatasan drastis pada jam bermain game untuk anak-anak dan remaja selama beberapa tahun terakhir.
Keluarga di Jepang merasa mereka dibiarkan menangani masalah ini sendiri. Sebagian dari mereka akhirnya membentuk grup swadaya di Tokyo sejak 2019 lalu. Mereka berkumpul setiap bulan untuk saling cerita dan berbagi solusi guna mengatasi kecanduan game anak-anak mereka.
’’Anak-anak kini mulai bermain game sejak di awal SD dan pembatasan pandemi membuat mereka bermain lebih lama,’’ ujar Sakiko Kuroda, pendiri kelompok tersebut seperti dikutip Agence France-Presse.
Anggota komunitas ini datang dari berbagai kota di penjuru Jepang.
Sejauh ini baru Prefektur Kagawa yang memiliki aturan terkait pembatasan bermain game. Aturan itu diterapkan sejak April 2020.