English English Indonesian Indonesian
oleh

Prof Sukardi Weda Berbagi dengan Kalla Institute, Revolusi Industri 4.0, Society 5.0, dan Era Demografi di Depan Mata

FAJAR, MAKASSAR-Kalla Institute menggelar sharing session yang dihadiri langsung oleh Rektor Kalla Institute, Syamril, S.T., M.Pd. beserta seluruh jajaran Pimpinan ITB Kalla, mulai dari kaprodi hingga wakil rektor. Sekaligus mengundang Prof Sukardi Weda di Lt 5 Nipah Mal, Senin, 12 Desember.

Dalam pengantar diskusinya bertajuk “Peran Perguruan Tinggi dalam Dunia Bisnis dan Teknologi di Masa Depan,” Prof Dr Sukardi Weda, yang juga guru besar Universitas Negeri Makassar (UNM) ini mengatakan, saat ini berada di era disrupsi dan era teknologi digital.

Perubahan di era distupsi dan perkembangan teknologi digital secara massif telah memaksa setiap orang dan lembaga untuk berinovasi dan kreatif untuk beradaptasi dengan lingkungannya. “Karena bila tidak dapat beradaptasi, maka akan punah seperti punahnya dinosaurus di muka bumi,” ujarnya.

Oleh karena itu, setiap individu dan organisasi, termasuk perguruan tinggi dituntut untuk berinovasi, kreatif, senantiasa melakukan pembelajaran (learning organization), untuk beradaptasi dengan perubahan yang sedang terjadi.

Mantan Wakil Rektor III UNM itu menyebutkan, Revolusi Industri 4.0, Society 5.0, dan era demografi di depan mata menjadi daya dorong untuk kita semua, terutama bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri menghadapi era demografi itu yang memerlukan SDM yang bertalenta dan kreatif.

“Di masa depan, pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh dua aspek penting, yaitu teknologi dan bisnis,” tutur Prof Sukardi.

Di masa depan pembangunan Indonesia sebagai bangsa besar ditentukan minimal oleh minimal dua faktor utama, yaitu bisnis dan teknologi. Di negara maju atau negara industri, minimal 4% penduduknya adalah wirausahawan (entrepreneur) dan rata- rata wirausahawan di negara maju adalah 12 persen, sementara Indonesia masih rendah proporsi penduduknya yang berwirausaha, yakni baru 3,74 persen.

Semakin tergerusnya kesempatan kerja, kata dia, maka peluang untuk menghasilkan wirausahawan baru dan kemampuan melahirkan teknologi baru yang dapat digunakan untuk menghasilkan SDM yang unggul dan berdaya saing tinggi. Untuk itu diperlukan peran perguruan tinggi untuk melahirkan teknokrat baru dan wirausahawan baru.

Salah satu perguruan tinggi yang memiliki kepedulian dan visi jauh kedepan untuk melahirkan generasi unggul sebagai pemimpin masa depan bangsa ini adalah ITB Kalla. “ITB Kalla hadir dengan visinya, menjadi perguruan tinggi unggul dalam pengembangan kewirausahaan berbasis teknologi dan inovatif berdasarkan moral agama pada tahun 2034, adalah menjadi PT yang memadukan antara kompetensi teknologi, bisnis dan agama,” bebernya.

Dengan kehadiran tiga kompetensi ini, akan menghasilkan generasi unggul yang memiliki kompetensi teknis, kompetensi managerial, dan kompetensi agama serta kompetensi sosial kultural, paparnya. Untuk menempatkan Kalla Institute sebagai PT yang berbasis kewirausahaan dan teknologi (entrepreneurial and technological university) dan menjadi PT unggul, maka Kalla Institute perlu melakukan inovasi terkait dengan tridarma PT, yang menjadi roh sebuah PT, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

“Di bidang pendidikan dan pengajaran, kehadiran ruang kelas yang dilengkapi dengan multimodality atau fasilitas pendukung proses belajar mengajar. Juga diperlukan dosen yang profesional religius, memahami pedagogik, didaktik, dan metodik, disiplin tinggi, dan memiliki sense of belonging pada Kalla Institue,” jelasnya.

Di bidang penelitian dan pengabdian, para dosen diharapkan untuk melakukan penelitian, baik penelitian dari Kemendikbudristek, swasta, maupun penelitian mandiri, dan hasilnya dipublikasi pada jurnal internasional bereputasi, yakni jurnal internasional yang terindeks Scopu dan Web of Science.

Untuk eksis di masyarakat dan juga di dunia internasional, maka ITB Kalla perlu menjalin kerja sama dengan PT kelas dunia dan lembaga atau perusahaan besar, sebagai mitra untuk membangun peradaban manusia.

Dalam paparannya, Prof Sukardi Weda sesekali mengutip kearifan lokal Bugis Makassar, yaitu sipakatau, sipakainge, dan sipakalebbi. Demikian halnya dengan macca, lempu, dan getteng perlu diterapkan dalam kehidupan sehari – hari, baik di masyarakat maupun di lingkungan pekerjaan. Ia menutup presentasinya dengan mengatakan ciptakan atmosfir dan lingkungan kerja yang menyenangkan, niscaya karyawan atau semua stakeholder yang ada di perusahaan atau perguruan tinggi akan muncul kreatifitas mereka sebagai bekal untuk mencapai tujuan organisasi. (mil/*)

News Feed