English English Indonesian Indonesian
oleh

Maroko

Dua puluh Juni 2018 — di Stadion Luzhniki Moskow — gol tunggal Cristiano Ronaldo mengempaskan mimpi Maroko untuk maju ke babak selanjutnya di Piala Dunia Rusia. Ronaldo membuat ‘menangis’ seluruh Maroko saat itu.

Dan Sabtu pekan lalu — di Stadion Al Thumama, Doha, Qatar — seakan membalas luka di tahun 2018 — Youssef En-Nesyri mencetak gol tunggal pada menit ke-42 di gawang Portugal dan mengantarkan Maroko — sebagai negara Afrika-Arab pertama yang masuk ke semifinal dalam 92 tahun sejarah Piala Dunia. Dan yang lebih penting membuat Ronaldo dan mungkin seluruh Portugal harus menangis. Ronaldo yang sudah berusia 37 tahun — harus bernasib tragis karena tidak mampu lagi mencetak gol di gawang Maroko. Dan mungkin ia harus mengakhiri perjalanan mainnya di Piala Dunia.  Pesan dari semesta — segala sesuatunya bisa berputar seperti bumi dan seluruh jagat alam semesta di porosnya masing-masing. Seperti sebuah roda dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Ronaldo, Portugal dan Maroko mengalaminya Sabtu malam kemarin.

***

Sebagaimana yang dilaporkan reporter Al-Jazeera — Youmna ElSayed — dari jalur Gaza. Kemenangan Maroko bukan hanya milik Maroko. Di pundak Maroko, ada Afrika dan Arab yang juga ikut senang dengan prestasi ini. Jalur Gaza jadi salah satunya.

Warga Gaza berkumpul di aula olahraga terbesar di sana. Ribuan orang bersorak mendukung Maroko. Mereka mengatakan bahwa kemenangan Maroko adalah untuk semua negara Arab.

“Mereka berteriak, mereka bertepuk tangan, mereka menabuh genderang, mereka bernyanyi. Dan kemudian dengan peluit akhir, ribuan orang turun ke jalan untuk memulai perayaan mereka dan untuk menunjukkan dukungan, kegembiraan dan kebahagiaan mereka untuk Maroko — lapor Youmna ElSayed.

Para pemain bahkan pelatih Maroko juga menghadirkan cerita tentang bagaimana mereka menghargai keluarga terutama Ibu-ibu mereka. Sebagian dari mereka menghadirkan Ibu mereka di stadion tempat berlaga. Misalnya — Achraf Hakimi menghadirkan Ibunya yang seorang pembantu rumah tangga. Seorang wartawan bertanya kepada Ibu — termasuk bagaimana Ia mendidik dan memarahi Achraf. Sang Ibu menjawab — ku sumpahi dia, semoga menjadi anak yang baik. Allah Yahdik! Semoga Allah memberimu hidayah.

Hari-hari ini tim Maroko menawarkan cerita kepada kita semua tentang cara mereka akhirnya dibicarakan dan dipuja oleh sebagian dunia. Termasuk doa dari Ibu-ibu mereka.

***

Squad Maroko — tak hanya bertanding dengan kemampuan teknis yang diasah di berbagai team dan kompetisi Eropa, tetapi mereka amat meyakini bahwa selalu ada pertolongan Yang Maka Kuasa. Intansurullah Yansurukum — Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. Kita menunggu Kamis malam — apakah Maroko akan melibas tim Prancis yang luarbiasa itu. Tim dari negara yang pernah menjajah Maroko. Mungkin Maroko  akan melaju menuju final atau mereka memiliki takdir yang lain. Takdir yang memiliki hikmah dan rahasia dari Yang Kuasa.*

News Feed