Upaya-upaya dalam pengembangan, tambahnya akan dilakukan dengan mendorong agar semua organisasi perangkat daerah (OPD) terkait melakukan pengelolaan dengan sebaik-baiknya. “Ketika hutan mangrove ini bisa dilestarikan dan dikembangkan maka tentunya akan bisa melindungi warga dari bencana tsunami, sehingga sangat penting untuk melestarikan dan dikelola dengan cara tidak serampangan,” tutupnya.
Sementara itu, sejauh ini penanaman mangrove melibatkan pemuda dan masyarakat yang tergabung dalam kelompok konservasi desa. Upaya ini, sebagai bentuk pelestarian lingkungan sekitar. “Kita harap melalui kegiatan penanaman mangrove ini akan menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan,” ujar Kepala Cabang Dinas Kelautan (CDK) Bosowasi, Herimisniaty.
Sejauh ini, penamaman mangrove telah dilakukan di Takalar, Bone, Jeneponto, Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkep, dan Luwu. Secara ekologi tiga kabupaten berperan penting dalam mengatur ketersediaan ikan di Sulsel, yakni Pangkep, Selayar dan Sinjai. Sebab, karena memiliki pulau yang berinteraksi antara mangrove, lamun, dan terumbu karang.
Syarifuddin, warga di pesisir Bone memberikan apresiasi terkait penanaman bibit pohon mangrove di daerahnya. “Mangrove itu sebenarnya bukan hanya berfungsi mencegah abrasi, tetapi teman untuk ikan bermain, menjadi sarang untuk bertelur,”kuncinya. (hamdani)