OLEH: Andi Yahyatullah Muzakkir, Ketua BEM FEB Unismuh Makassar 2021-2022
Generasi Z adalah generasi yang lahir pada tahun 1997-2012. Salah satu karakter khas Gen Z adalah sangat cakap dan melek teknologi khususnya dalam akses dan pendayagunaan teknologi Informasi. Sehingga dewasa ini, di ruang publik kita bisa melihat kiprah Gen Z banyak berseliweran di sosial media. Istilah-istilah baru yang muncul belakangan pun, seperti konten kreator adalah salah satu contoh hadirnya generasi ini.
Dalam kaitan dengan itu semua, Gen Z mampu mengambil keuntungan-keuntungan praktis seperti popularitas dan memberi penghasilan. Hal ini tidak mengherankan karena kelahiran mereka tepat pada era pesatnya perkembangan teknologi.
Hal ini tentu harus segera disadari karena pada era teknologi yang pesat ini, timbul tantangan-tantangan baru yang berbeda dan menjadi tantangan tantangan tersendiri bagi Gen Z.
Pertama, kita pasti sering sering menyaksikan mereka, Gen Z ini, tak pernah lepas dari gadget. Waktu yang dihabiskan untuk bermain game, mengakses sosmed, terkoneksi secara online, pasti jauh lebih banyak dibanding melakukan hal-hal lain. Kewajiban-kewajiban standar seperti yang dilakukan generasi sebelumnya, membaca buku untuk memperoleh kedalaman, belajar menempa diri bekerja nyata untuk meningkatkan kapasitas, terkadang tidak menjadi prioritas pentingnya. Padahal, kita ketahui bersama bahwa Gen Z, sebagai generasi pelanjut harus mempersiapkan diri dengan mempebanyak pengalaman nyata, membangun wawasan dan meraih kecakapan-kecakapan tertentu di berbagai bidang. Sesuatu yang kita pandang sebagai bekal untuk mereka di kemudian hari.
Tentu tak salah pandangan yang menganggap bahwa ketakhirauan generasi ini dengan hal yang lebih substansial membuat Gen Z dinilai lemah. Misalnya soal kepedulian nyata terhadap perkembangan situasi sosial, perubahan tatanan kehidupan, pengambilan kebijakan-kebijakan publik, hingga pembangunan peradaban. Padahal, keterlibatan mereka sebagai salah satu komponen penting kehidupan berbangsa dan bernegara ini sangatlah penting. Karena kemajuan dan keberlanjutan bangsa sangat tergantung pada mereka.
Untuk itu maka salah satu jalan yang bisa di tempuh Gen Z, adalah berlatih untuk melibatkan diri secara aktif pada persoalan-persoalan masyarakat melalui organisasi, pelatihan-pelatihan nyata untuk membangun kemampuan kepemimpinan dan seterusnya.
**
Berangkat dari uraian di atas, salah satu yang menjadi perhatian penting adalah preferensi politik Gen Z. Kita tahu, politik adalah sarana yang amat menentukan kehidupan masyarakat. Hampir seluruh aspek kehidupan kita ditentukan oleh keputusan politik. Keputusan politiklah yang menentukan seluruh gerak kehidupan kita.
Kesan umum terkait hal ini, bagi Gen Z, dunia politik seolah tak ada kaitannya dengan kehidupan mereka. Ini kemudian menimbulkan anggapan bahwa generasi ini adalah generasi yang apolitis. Mereka memandang politik sebagai sesuatu yang berada di luar ranah kehidupan mereka. Kalau pun mereka memberi perhatian, umumnya mereka menganggap bahwa politik itu kotor, sebagaimana anggapan umum yang berlaku.
Karena dipandang kotor, maka bagi mereka, politik adalah sesuatu yang harus ditolak, minimal dihindari. Kalau pun mereka akhirnya terpapar, mereka umumnya akan memilih pasif. Kecuali mungkin pada isu-isu politik tertentu misalnya terkait kebijakan pembatasan akses internet dan kenaikan harga BBM.
Pandangan politik Gen Z umumnya dibentuk oleh sosial media. Ini juga memberi dampak besar pada preferensi mereka. Fokus perhatian mereka umumnya tersedot pada isu-isu terkait peristiwa yang ramai dibicarakan. Juga pada hadirnya tokoh-tokoh politik yang masif tampil melalui sosial media.
Hal ini berimplikasi pada bentuk partisipasi mereka yang secara umum dapat dikatakan sebagai partisipasi pasif. Dukungan politik yang mereka berikan tidak lebih dari dukungan artifisial melalui sosial media. Mereka akan me-like yang mereka sukai atau men-dislike yang mereka tidak sukai. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa Gen Z secara umum belum terlibat secara aktif secara politik. Hal ini bahkan juga terjadi di kalangan Gen Z yang berstatus mahasiswa. Gerakan mahasiswa sejauh ini jarang menyentuh hal-hal yang substansial. Mereka umumnya asyik pada peristiwanya tetapi belum pada pelahiran gagasan sistematis perjuangan politik.
Kesimpulannya, Gen Z yang jumlah populasinya sangat besar dikaitkan dengan politik, masih sampai pada batas partisipasi pasif. Kalau saat ini mereka dijadikan sasaran kampanye politik oleh partai dan tokoh-tokoh politik, mungkin lebih disebabkan karena besarnya jumlah mereka.
Untuk itu diperlukan usaha serius untuk memetakan lebih jernih seperti apa generasi ini dipandang dari sudut politik, bagaimana mereka mempersiapkan diri untuk masa depan politik kita dan sejauh mana kehadiran mereka dapat memberi harapan bagi masa depan bangsa.
Ringkasnya, politik Gen Z adalah politik yang sedang mencari bentuk, dengan sarana utama teknologi informasi, sama halnya dengan usaha kita semua untuk menemukan model politik yang tepat bagi kemaslahatan bersama. ***