Kali ini PDI Perjuangan bersuara lantang. Bukan kepada lawan politiknya, melainkan kepada sesama pendukung Jokowi yang menggelar acara “Nusantara Bersatu” pada Minggu 27 November di Stadion Gelora Bung Karno. Melalui Sekjennya, PDI Perjuangan menilai pertemuan relawan itu dibuat hanya untuk menyenangkan Jokowi alias asal bapak senang (ABS), melainkan juga punya tujuan buruk dengan ancaman membubarkan diri bila tak dipenuhi keinginannya, tapi jika dipenuhi justru akan melakukan banyak manipulasi.
Kritik PDI Perjuangan tersebut dibalas santai penyelenggara “Nusantara Bersatu”. Menurutnya, bukan untuk ABS, tapi “agar rakyat senang”. Pertemuan itu sebagai wahana mempertemukan presiden dengan rakyatnya, juga sebagai syukuran atas suksesnya gelaran G20, sekaligus meminta arahan terkait kelanjutan kepemimpinan nasional pasca-Jokowi. Jika demikian, maka kekesalan PDI Perjuangan cukup beralasan. Apalagi dalam pidatonya, Jokowi mengungkap ciri-ciri pemimpin terbaik. Ciri-ciri yang disebutkan mantan Wali Kota Solo itu mengarah kepada Ganjar Pranoto, bukan Puan Maharani.
Jokowi secara tersirat menyebutkan ciri-ciri pemimpin yang serius memikirkan rakyat, biasanya punya kerutan di wajah dan rambut putih semua. Kalimat ini mengarah kepada sosok Gubernur Jawa Tengah kader PDI Perjuangan. Jokowi beberapa kali memang terlihat punya isyarat mendukung Ganjar sebagai pelanjutnya. Hal ini pula yang membuat hubungan PDI Perjuangan dengan istana kurang harmonis. Atas pernyataan itu pula, gelaran “Nusantara Bersatu” dapat dipahami sebagai momen khusus Jokowi menyampaikan isyarat penggantinya. Inilah salah satu gaya komunikasi politik Jokowi yang penuh dengan simbol.
Penyebutan ciri-ciri pemimpin tersebut, kian menegaskan pemihakan Jokowi atas calon penggantinya. Kendati dalam berbagai kesempatan lain, dia justru mengirim pujian kepada calon presiden dari partai politik, semisal Airlangga Hartarto dan Prabowo Subianto. Sikap Jokowi yang tidak blak-blakan menunjukkan dukungan kepada sosok tertentu, karena dirinya berbeda pilihan dengan partainya; PDI Perjuangan. Statusnya sebagai kader dan “petugas partai”, tentu menghalanginya untuk secara frontal berbeda pilihan.
Kita akan menyaksikan berbagai drama politik lagi beberapa waktu ke depan. Bagaimana kelanjutan isyarat kerutan wajah dan rambut putih. Bagaimana pula agenda dan aksi para relawan mendukung, mengawal, dan mendorong Jokowi hingga menemukan momentum pengumuman calon penggantinya. Meski hasil penelitian sebuah lembaga survei terbaru, menyebutkan pengaruh Jokowi tidak signifikan dalam mendongkrak keterpilihan seorang calon presiden. Selain itu, sejatinya, sebagai Kepala Negara, tidak elok meng-endors capres tertentu. (^^)