Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang berakhir pada 20 November akhir pekan kemarin, kembali mengukuhkan Haedar Nashir dan Abdul Mu’ti sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah masa bakti 2022-2027. Terpilihnya dua tokoh senior Muhammadiyah itu, setelah melalui sidang Pleno VIII yang dipusatkan di Edutorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Sukses tersebut mengulang hasil akhir Mukhtamar sebelumnya di Makassar pada Agustus 2015 lalu.
Persyarikatan yang berumur lebih 100 tahun itu, telah banyak memberikan sumbangsih untuk negeri ini melalui amal usahanya di berbagai bidang. Ribuan lembaga pendidikan dasar hingga menengah dan pendidikan tinggi yang jumlahnya ratusan di seluruh Indonesia, merupakan kerja dan karya nyata Muhammadiyah dalam berkontribusi membangun sumber daya manusia. Termasuk usahanya di bidang kesehatan dengan ratusan klinik maupun rumah sakit. Muhammadiyah telah menorehkan sejarah panjang, prestasi, serta sumbangsih tak ternilai.
Puluhan juta anggota dan kadernya bertebaran di banyak bidang pengabdian. Tak hanya di Indonesia, melainkan juga dalam pergaulan global. Mereka relatif bersih dari penyakit kemasyarakatan. Terhindar dari citra buruk penggerus kekayaan negara, tetap amanah dan teguh dalam menjalankannya. Itu sebab, eksistensi Muhammadiyah bukan hanya jadi kebanggan bagi keluarga besarnya, melainkan juga bagi seluruh rakyat Indonesia. Bangsa ini mesti bangga punya Muhammadiyah dan sebaliknya, Muhammadiyah harus bangga punya NKRI yang bentangannya sejauh jarak Sabang hingga Merauke.
Terkait pekerjaan rumah pimpinan baru, Haedar Nashir bertekad menuntaskan tujuh agenda penting untuk lima tahun ke depan di bawah kepemimpinanannya. Pertama, peneguhan paham Keislaman dan ideologi Muhammadiyah. Tentang hal ini, sebenarnya Muhammadiyah sudah punya panduan lengkap. Misalnya, Manhaj Tarjih, Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Gerakan Jamaah Dakwah Jamaah, Khittah Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Negara Pancasila Darul Ahdi Wa Syahadah, dan lain-lain.
Kedua, penguatan dan penyebarluasan pandangan Islam berkemajuan. Ketiga, memperkuat dan memperluas basis umat di akar-rumput. Keempat, mengembangkan amal usaha Muhammadiyah (AUM) unggulan dan kekuatan ekonomi. Kelima, berdakwah bagi milenial, generasi Z dan generasi Alpha. Keenam, reformasi kaderisasi dan diaspora kader ke berbagai lingkungan dan bidang kehidupan, serta Ketujuh, digitalisasi dan intensitas internasionalisasi Muhammadiyah. Poin terakhir menegaskan keharusan peran-peran Muhammadiyah masuk ke wilayah digital sebagai ikhtiar serius untuk memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta. (^^)