English English Indonesian Indonesian
oleh

Kita dan Hujan

Hujan yang deras sekali kemarin Jumat menyiarkan berita malapetaka yang ditimbulkannya di berbagai tempat dan daerah. Sebuah video memperlihatkan suatu pemukiman di wilayah Parepare yang dilanda banjir. Terdengar suara teriakan di video itu, memohon sesegera mungkin BASARNAS, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, bisa datang ke lokasi permukiman yang dilanda banjir.

Sebuah video lain memperlihatkan seorang ibu dengan suara sedih mengabarkan bahwa anak dan kemenakannya hilang atau hanyut oleh banjir akibat hujan deras. Tak berapa lama setelah itu, di satu WA terbaca bahwa keluarga yang dikira terhanyut banjir, sudah ditemukan. Di WA yang berbeda, seorang anggota di WA itu mengabarkan diri dan keluaganya sedang hijrah, pindah meninggalkan sementara rumah tempat tinggalnya karena kebanjiran.

Hujan ditunggu dan dirindukan ketika kemarau panjang mengeringkan dedaunan. Dan, hewan gembalaan merana karena rerumputan sebagai makanannya kering menguning. Petani dan peladang tampak bermuka sedih. Tanah pertanian dan perladangan pecah merekah. Sudah berbulan tidak tersirami air. Hasil tani dan ladang mereka merosot. Kemarau panjang benar. Sumur-sumur pun ada yang nyaris kering. Dalam kondisi demikian, orang beragama melakukan sembahyang minta hujan. Minta hujan dari Tuhan pencipta dan pengaturnya.

Ketika hujan turun, banyak yang tidak berterima kasih kepada Tuhan. Hujan sehari dua hari, tidak disyukuri. Hujan mulai berlimpah, belum juga disyukuri. Ketika limpahan hujan tak terbendung, air dari langit itu menerpa dan menghanyutkan yang menghalanginya. Tanah yang dulu pecah kekeringan, kini dirapatkan rekahan itu oleh hujan. Tanah bergerak merobohkan rumah. Tanah terkikis, erosi. Gubuk-gubuk di bantaran sungai, gugur serempak karena erosi.

Ketika curah hujan mustahil dihentikan, malapetaka datang menemani manusia. Banjir hanyalah sejumlah air yang tiada tertampung. Banjir adalah air yang melimpah dan meluap. Banjir adalah wajah lain dari air yang menakutkan. Wajah air yang mencemaskan. Yang siap menyeret dan menyapu yang merintanginya. Dan, membuat manusia kehilangan sesamanya, karena menghanyutkan dan menenggelamkannya.

Air tidak disebut semata air. Melainkan disebut banjir. Air bah. Yang menyeret dan membawa hanyut rumah penduduk. Yang membawa tanah terkikis karena erosi. Banjir adalah air yang ditunggu datang ketika kemarau yang mengeringkan semuanya.

Manusia tak punya kuasa menyetop air dari langit. Atau, mengaturnya kalau cukup sekian jam saja ia tercurah dari langit. Atau, ia berhenti tumpah dari langit, ketika manusia di bumi berteriak “banjir” dan “banjir”.

Air adalah sahabat manusia. Namun menjadi tidak bersahabat ketika ia berwujud banjir. Air sudah berubah menjadi bencana, malapetaka. Jumat kemarin, hujan turun seperti biasa. Tapi, terus turun. Curahnya tak terkira banyaknya. Orang di suatu pemukiman berteriak minta pertolongan BASARNAS. BASARNAS bertugas mengevakuasi atau memberikan pertolongan terhadap korban bencana, seperti banjir. Atau, mencari korban yang hilang akibat banjir. Tetaplah waspada ketika air sudah disebut banjir. Air itu sahabat. Tapi banjir biasanya tidak bersahabat. Hujan bisa berakibat banjir!

News Feed