English English Indonesian Indonesian
oleh

Makassar LakekomaE

Kado tulisan ini diperuntukkan bagi Kota Makassar yang memperingati hari Ulang Tahun ke-415 yang jatuh pada tanggal 9 November 2022. Umur Kota yang sudah berlangsung 4 abad ini awal mulanya berada di Muara Sungai Tallo dengan hadirnya Pelabuhan kecil Niaga menjadi titik balik hadirnya Kota Makassar. Terkonsentrasi Perdagangan niaga baru di Sungai Tallo memberi dampak pusat kota perdagangan Makassar menjadikan dirinya sebagai kota niaga terbesar ke-20 dunia.

Labeling Makassar sebagai kota niaga sudah menggema sejak awal berdirinya kota di pinggiran Sungai Tallo. Ini juga memberi makna dengan kebesaran nama Makassar sepantasnya tidak lagi hanya tagline semata tapi kota yang sudah bersejarah tinggal dilanjutkan sejarah terukir rapi dalam buku sejarah perniagaan tingkat dunia.

Kejayaan kota Makassar sebagai kota dunia sejak 4 abad silam, ternyata menghadapi masalah yang berbeda. Saat ini kota Makassar dengan tagline: “Makassar Kota Dunia”, ibarat jauh api dari panggang. Kota Makassar yang telah terbranding sebagai “Makassar Kota Busur”. Tengoklah berita-berita “pembusuran di Media Sosial, cukup memprihatinkan, seakan-akan pemerintah selama 2 periode pemerintahan kita ini tidak berhasil menjadikan kota aman dan nyaman.

Makassar untuk mengembalikan muruah seperti keinginan kota yang nyaman dan aman sebagai kebutuhan hakiki warga kota Makassar, keamanan, kenyamanan, dan perilaku tawuran tak henti-hentinya terjadi di masyarakat. “Percuma” kita menyatakan diri bahwa Makassar sebagai kota Dunia hampir setiap saat terjadi pembusuran dan keamanan di malam hari bisa terjamin tidak menimbulkan korban jiwa lagi.

Makassar LakekomaE? Mau dibawa ke mana ini Kota Makassar. Bagaimana seandainya yang kena busur anak atau keluarga “penguasa Makassar”, apakah tidak merasa pedih jika nyawanya tak tertolong lagi. Kenapa kita buta menghadapi realitas pembusuran yang tak kunjung usai. Ataukah pemerintah kita hanya hadir dalam asyik membranding diri dalam bentuk acara serimonial yang tak bermakna untuk warganya.

Ataukah pemimpin telah tuli dan matanya terbutakan terhadap penyakit masyarakat yang sudah menahun ini. Apakah pemimpin kita tak berdosa dengan jatuhnya korban yang tak berdosa. Lebih sinis lagi, warga Makassar tidak mempunyai pemimpin lagi dan sudah patah hati melihat kenyataan pahit yang dialami warganya. Sarkasme yang pahit lagi, pemerintah yang ada sekarang ini, hanya mempunyai kapasitas sebagai konsultan dan perencanaan kota, sehingga yang ada dipikiran hanya sebatas konsep perencanaan.

Yang dibutuhkan masyarakat Makassar saat ini adalah Strong Leadership, yang tidak hanya mempunyai kemampuan memetakan perencanaan kota tapi juga dibutuhkan pemimpin problem solver, sehingga mampu memecakan masalah yang dihadapi rakyatnya.

Mengakhir narasi ini menyebut perayaan kota Makassar, ada baiknya kita mengutip pendapat Eko Budihardjo, seorang penulis kawakan tentang reformasi perkotaan, beliau mengatakan: Seharusnya kota-kota kita dapat benar-benar berfungsi dan juga bagai magnet harapan kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan; bukan jadi sumber malapetaka penderitaan warganya. Apa yang disampaikan Pak Eko, Guru besar Arsitek dan perkotaan dan mantan Rektor Universitas Dipenogoro, mempunyai makna yang dalam reformasi perkotaan menjadikan warganya hidup nyaman dan kedamaian. Jangan menjadikan kota yang kita pimpin menimbulkan malapetaka akibat ketidakmampuan memimpin kota sekaliber Makassar. LakekomaE kota MakassarKU. (*)

News Feed