MAKASSAR, FAJAR— Pertumbuhan ekonomi Pulau Sulawesi tertinggi se-Indonesia. Ekonomi Sulsel pun makin kuat. Apalagi menjelang KTT G20, prestasi ini bisa menjadi kebanggaan Indonesia di forum dunia.
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi di angka 8,24 persen. Menyusul Maluku-Papua sebesar 7,51 persen, Bali-Nusa Tenggara 6,69 persen, Jawa 5,76 persen, Kalimantan 5,67 persen, dan Sumatra 4,71 persen.
Pendorong pertumbuhan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dipicu oleh transportasi-pergudangan yang berkontribusi 20,97 persen. Menyusul penyediaan akomodasi dan makan minum di angka 11,29 persen. Lalu, jasa lainnya 8,88 persen, serta industri pengolahan 4,64 persen.
Kondisi ini juga makin meneguhkan perkembangan ekonomi Sulsel yang terus tumbuh sejak pandemi Covid-19 melandai. Perbedaan dari tahun ke tahun terlihat pada triwulan ketiga 2022 ini.
Pada Triwulan III 2022, ekonomi Sulsel tumbuh 5,67 persen (yoy). Lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,20 persen (yoy).
Kinerja perekonomian Sulsel terus menunjukkan perbaikan seiring dengan tren peningkatan mobilitas masyarakat dan belanja pemerintah. Sementara itu, perekonomian nasional pada triwulan III 2022 tumbuh 5,72 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,44 persen(yoy).
Lapangan Usaha
Berdasarkan lapangan usaha (LU), andil pertumbuhan terutama didorong oleh dua LU utama. Industri pengolahan, yang memiliki pangsa 12,68 persen, tumbuh 10,01 persen (yoy). Lalu, perdagangan yang memiliki pangsa 14,87 persen, tumbuh 6,65 persen (yoy).
Perekonomian Sulsel juga didorong oleh transportasi dan pergudangan yang tumbuh 37,38 persen (yoy); penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 28,81 persen (yoy); dan administrasi pemerintahan tumbuh 17,30 persen (yoy).
Dari sisi pengeluaran, seluruh komponen mengalami pertumbuhan. Perekonomian Sulsel pada triwulan III 2022 utamanya didorong oleh investasi yang tumbuh 7,41persen (yoy) dan konsumsi rumah tangga yang tumbuh 10,76 persen (yoy).
Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh 7,82 persen (yoy), didorong oleh peningkatan belanja pemerintah. Artinya, APBN yang dikelola pusat dan APBD yang diurus pemda, sangat membantu pergerakan ekonomi kawasan.
Sinyal Baik
Angka-angka yang tersaji itu setidaknya memberi optimisme atas masa depan ekonomi yang oleh banyak pihak diprediksi suram. Terutama karena adanya ancaman resesi global.
Akan tetapi, angka-angka pertumbuhan signifikan di Sulsel pada triwulan III ini memberikan gambaran baik. Ini sekaligus membangkitkan harapan agar tetap kokoh mengadang resesi, sekaligus membantu melalui ancaman badai inflasi akhir tahun.
“Secara historis, biasanya di triwulan III justru menurun,” ujar Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Marsuki DEA terkait angka positif kinerja ekonomi Sulsel dan Indonesia, dilansir koran FAJAR, Kamis, 10 November 2022.
Ini memberi indikasi bahwa pada triwulan IV atau pertumbuhan untuk keseluruhan 2022 akan tumbuh baik. Hanya rupanya dari empat sektor utama untuk triwulan tiga ini tampaknya mengalami penurunan pertumbuhan, meskipun relatif rendah.
“Masih diimbangi oleh beberapa sektor lainnya yang tumbuh cukup signifikan, yakni transportasi dan pergudangan, akomodasi dana mamin (makan minum), pengadaan listrik, air, dan gas, serta jasa perusahaan dan jasa lainnya,” katanya.
Termasuk jasa pemerintahan yang bisa tumbuh di atas 10 persen, padahal sebelumnya tumbuh negatif. Dari tren fakta-fakta data tersebut maka bisa dikatakan tren ekonomi Sulsel hingga akhir tahun dan awal tahun 2023 relatif masih akan tumbuh baik.
“Sekurangnya dapat bertahan dalam kisaran 5,5-6,6 persen,” harap eks Rektor Institut Bisnis dan Keuangan NITRO, Makassar, itu.
Stabilitas Harga
Dosen Ilmu Ekonomi Unhas Muhammad Yusri Zamhuri menambahkan kejayaan ekonomi Sulsel yang selalu melampaui nasional sudah tampak. Untuk triwulan III ini, untuk pertama kali kalah 0,5 persen dari pertumbuhan nasional.
“Yang harus dijaga produk regional dan daya beli masyarakat,” sarannya.
Untuk mencapai itu, perlu ada stabilitas harga. Sehingga tidak ada komoditas pangan pembawa dampak besar yang bisa menyebabkan inflasi terlalu tinggi. Terlebih hingga saat ini, nilai tukar petani juga terus meningkat.
Untuk menyeimbangkan, kelompok menengah ke atas juga sebaiknya tak mengerem daya beli. Selain itu, keterkaitan antar sektor harus dijaga. Jangan sampai ada sektor yang begitu mencolok dari segi harga, terlebih bagi yang masih besar dari sisi impor.
Selain itu, Sulsel juga harus menguatkan sektor-sektor lain selain komoditas pertanian, perkebunan, dan perikanan. Termasuk pertambangan.
Apalagi, hingga saat ini ekspor Sulsel masih sangat baik dengan terus bertumbuh. Peran terbesar dari nikel dengan 58,85 persen. Lalu ada besi dan baja dengan persentase 15 persen. Sisanya adalah perkebunan, kelautan, perikanan, dan hasil budidaya.
Yang juga harus menjadi perhatian Pemprov Sulsel adalah pertumbuhan ekonomi nasional. Pulau Sulawesi memberi peran besar. Tetapi, yang tertinggi adalah Sulawesi Tengah, itu karena pertambangan dan investasi besar yang masuk ke Bahodopi, dan secara umum Morowali.
Terus Bertumbuh
Menguatnya produksi sektor-sektor unggulan pada ekspor akan terus memberi dampak baik bagi prekonomian Sulsel. Terlebih, Bank Indonesia (BI) Sulsel menilai untuk keseluruhan 2022 ekonomi tetap bertumbuh dari tahun sebelumnya.
Kepala Perwakilan BI Sulsel Causa Iman Karana menyampaikan keseluruhan 2022 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan 2021. Tahun lalu merupakan fase jendela landai pandemi. Sekarang, diharapkan makin meninggalkan wabah itu.
“Koordinasi dan sinergi terus dilakukan antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, dan seluruh pemangku kepentingan lainnya dalam rangka menjaga momentum pemulihan ekonomi di Sulsel,” jelasnya.
Dinamika geopolitik dan perekonomian global menjadi hal yang terus dicermati. Sebab, ekonomi RI juga masih terhubung dengan perkembangan global. Tak bisa benar-benar dipisahkan. (sal/zuk-dir)