English English Indonesian Indonesian
oleh

CSR Pertamina Selamatkan Perekonomian di Pesisir

Laporan Sakinah Fitrianti

FAJAR, MAKASSAR — Jarum jam menunjukkan pukul 16:30 Wita, sore itu, Rabu, 9 November 2022. Penulis menemui tujuh ibu di lokasi yang berada di Kelurahan Pattingaloang, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar, itu. Untuk sampai ke tempat mereka, harus melewati lorong sempit permukiman, tepat di samping jalan tol Kota Makassar. Lokasinya tak jauh dari area pelabuhan dan pelelangan ikan.

Sebuah rumah yang terpampang logo Pertamina sebagai binaan Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina itu, menjadi tempat ibu-ibu ini beraktivitas mengelola usaha. Memang, mereka belum ada tempat permanen, sehingga harus berpindah-pindah. Di dapur, ibu-ibu memulai mengambil peralatan, bahan dasar berupa kulit udang hingga kepala udang untuk diolah. Bahan-bahan itu sudah disiapkan lebih awal.

Sepintas bahan dasar itu biasanya hanya menjadi limbah yang dibuang setelah bagian daging udangnya diambil, kulitnya pun menjadi tidak bernilai. Namun, di tangan dingin ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Srikandi yang merupakan UMKM binaan CSR Pertamina ini, kulit udang itu menjadi produk yang bernilai.

Dengan begitu telaten, satu persatu bahan dicampur, kulit udang yang telah dibersihkan itu kemudian dimasukkan ke dalam blender. Setelah itu, Suriyani (37), Ketua Kelompok Srikandi menyaring kulit udang di atas saringan stainless perlahan-lahan. Katanya, kulit udang ini diperoleh dari hasil limbah rumah tangga dan limbah industri rumahan yang mengolah udang segar dengan membuang kulitnya.

“Itulah kulit-kulit udang dan bagian kepalanya yang kita ambil baru kita olah, diambil dari rumah masing-masing anggota kelompok, sama kebetulan ada industri rumahan dekat sini. Mereka hanya ambil bagian isinya, dan kulitnya itu dibuang. Daripada dibuang begitu saja, jadi kami olah. Apalagi, itu juga masih memiliki nilai gizi karena sarinya yang kami ambil untuk diolah,” beber Suriyani.

Sembari mengaduk adonan dari kulit udang yang sudah dihaluskan, Suriyani menceritakan awalnya, ide ini lahir setelah ia dan ibu-ibu lainnya dilatih dan dibekali ilmu dan pengetahuan oleh Pertamina. Pada pertengahan 2021, dimulailah ide usaha Bakso Goreng (Basreng) yang berbahan dasar kulit udang.

Katanya, dengan bantuan modal dan pengembangan skill dari CSR Pertamina ia bersama ibu-ibu yang lainnya di Lorong III Kelurahan Pattingaloang itu mulai semangat untuk memulai usaha daripada hanya tinggal di rumah saja selama ini.

“Kami ada 10 orang, sudah dibekali ilmu sama Pertamina. Ini peralatan dan modal awal juga dari Pertamina. Jadi kami tinggal jalankan usaha ini, alhamdulillah sudah ada keuntungan yang bisa kita bagi untuk ibu-ibu di kelompok, meski nilainya belum terlalu banyak karena memang ini masih terbilang baru. Biasa kita bagi seratus ribu rupiah per orang,” bebernya.

Dahliah (45), juga sangat bersyukur. Dengan adanya usaha yang dikelola bersama dalam sebuah kelompok binaan langsung CSR Pertamina ini, pemasukannya bertambah. “Kalau bukan karena Pertamina yang masuk ke tempat kami, mungkin kami hanya bisa tinggal urus rumah saja. Tidak ada penghasilan. Dengan adanya usaha ini, alhamdulillah bisa tambah-tambah untuk anak sekolah, apalagi saya juga sendiri dan masih ada dua orang anak duduk di bangku SD,” katanya.

Niat Membangkitkan

Manager PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Makassar, Bambang Soeprijono, menyampaikan setidaknya terdapat dua faktor utama yang melatarbelakangi lahirnya program ini. Kemiskinan dan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE).

Program yang dikelola Kelompok Srikandi ini lahir dari kesadaran perusahaan terhadap pentingnya diversifikasi produk melalui pemanfaatan limbah produksi. “Itulah kelompok ini kemudian yang dipilih untuk diberi bantuan CSR dalam pengembangan produk usaha limbah produksi yang dikelolanya menjadi bernilai ekonomis,” katanya.

Selain itu, pihaknya juga melihat untuk pentingnya dilakukan pemberdayaan terhadap kelompok ibu-ibu di pesisir Kota Makassar ini agar dapat membantu menekan angka kemiskinan dan membuka lapangan kerja baru.

“Terdapat dua faktor utama yang melatarbelakangi lahirnya program ini yakni kemiskinan dan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE). Para anggota dari kelompok Home Industri Diversifikasi Limbah pangan organik ini mengalami dua hal tersebut dan memiliki motivasi yang kuat untuk keluar dari situasi ini,”urainya.

Olehnya itu, pihaknya tak tanggung-tanggung menggelontorkan anggaran untuk membantu UMKM yang dikelola ibu-ibu pesisir ini dengan nilai sebesar enam puluh juta rupiah pada tahun pertama dan pada tahun kedua sebanyak delapan puluh juta rupiah. Bahkan ke depan pihaknya juga akan mengupayakan untuk melakukan ekspansi pasar hasil produk yang dikelola ini.

“Kami akan melakukan ekspansi pasar lebih luas dengan memanfaatkan berbagai perusahaan ritel baik pada tingkat lokal maupun nasional dan memaksimalkan  e-commerce yang ada,”tambahnya. (*)

BalasTeruskan

News Feed