Sebait kata-kata bijak menyatakan: “Setiap kelahiran pasti ada kematian dan setiap pertemuan pasti ada perpisahan”. Semua makhluk hidup suatu saat akan bertemu dengan hari akhir, hari yang pasti tapi penuh dengan misteri, seperti misterinya alam kubur.
Ketika orang berpulang, kubur merupakan tempat jenazah dikuburkan, sedangkan alam kubur (alam barzah)—yang merupakan pembatas antara alam dunia dan alam akhirat—adalah alam atau kehidupan yang akan dirasakan oleh setiap orang yang telah mati. Alam kubur adalah tempat menunggu, hingga hari kebangkitan tiba (Q.S. Al-Mu’minun:100), tanpa ada yang menemani, kecuali amal ibadah.
Seorang mantan budak sahabat Utsman bin Affan meriwayatkan Hadits terkait, bahwa: “Ketika Utsman RA berhenti di sebuah kuburan, beliau menangis tersedu-sedu sampai basah janggutnya. Beliau kemudian ditanya” ‘Engkau mengingat surga dan neraka tetapi tidak menangis. Namun saat mengingat kubur, engkau menangis. Mengapa?’ Beliau menjawab: ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Kubur adalah rumah akhirat pertama. Bila selamat di kubur, maka setelahnya menjadi lebih mudah; bila tidak selamat dari kubur, maka setelahnya lebih sulit.’ Aku juga mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kubur’” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Tidak mengherankan jika di antara doa yang dimohonkan bagi yang meninggal adalah: “Ya Allah, lapangkan dan terangi kuburnya, ampunilah dosa-dosanya dan terimalah amal ibadahnya”. Ini karena gambaran tentang alam kubur yang gelap dan menghimpit. Ini diikuti oleh pertanyaan dari Munkar dan Nakir tentang tuhan, agama, dan nabinya. Orang yang beriman akan menjawab: tuhanku Allah, agamaku Islam, dan nabiku Muhammad SAW. Sedangkan orang yang tidak beriman atau orang yang ragu akan mengatakan tidak tahu, lalu ia akan disiksa. Siksa atau tenang-tentramnya seseorang di alam kubur tergantung pada iman dan amalnya ibadahnya selama di dunia, yang merupakan sebuah realitas yang tak tertawarkan.