Oleh : Indah Kurniawati, S.Tr., PMG Muda – BBMKG Wilayah IV Makassar
Fenomena Gerhana merupakan peristiwa langka dan momen yang ditunggu-tunggu banyak orang. Namun hal ini berbeda dengan jaman dahulu, gerhana bulan dianggap sebagai momok menakutkan dengan banyak mitos bermunculan dalam budaya kuno dari berbagai belahan benua.
Di Indonesia, banyak cerita yang bermunculan terkait gerhana Bulan seperti gerhana terjadi akibat Bulan dimakan raksasa, larangan orang-orang hamil keluar rumah dan hingga pertanda bahwa tuhan sedang marah. Semua cerita tersebut tidak ada kaitannya secara intelektual saintifik astronomi dan disimpulkan sebagai mitos. Lalu, bagaimana saintifik astronomi menjelaskan gerhana? Berikut penjelasan rincinya.
Apa itu Gerhana Bulan Total? Gerhana Bulan Total (GBT) merupakan fenomena astronomis ketika seluruh permukaan Bulan memasuki bayangan inti (umbra) Bumi. Hal ini terjadi karena Bulan, Bumi dan Matahari dalam satu posisi membentuk garis lurus. Pada saat fase Gerhana Bulan Total (GBT), seluruh permukaan Bulan terlihat berwarna merah.
Bagaimana gerhana dapat terjadi? Gerhana terjadi ketika satu benda langit seperti Bulan atau planet bergerak ke dalam bayangan benda langit lainnya. Seperti halnya gerhana yang dapat diamati di Bumi ini terjadi akibat Bulan bergerak ke dalam bayangan Bumi ataupun sebaliknya. Gerhana yang terjadi di Bumi ada 2 yaitu Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan.
Mengapa bisa terjadi gerhana bulan? Karena gerak astronomis benda-benda langit membentuk garis lurus pada saat yang sama. Secara teoritis, Bulan bergerak dalam orbit mengelilingi Bumi. Pada saat yang sama, Bumi mengorbit Matahari. Terkadang Bumi bergerak di antara Matahari dan Bulan. Ketika ini terjadi, Bumi menghalangi sinar Matahari yang biasanya dipantulkan oleh Bulan. (Sinar Matahari inilah yang menyebabkan Bulan bersinar). Alih-alih cahaya mengenai permukaan Bulan, bayangan Bumi jatuh di Bulan sehingga terjadilah Gerhana Bulan.