FAJAR, MAKASSAR-Institut Teknologi dan Bisnis Maritim Balikdiwa Makassar yang dipercaya untuk melakukan kegiatan Kedaireka. Kegiatan itu bekerja sama dengan Koperasi Turin di Desa Sampulungan, Kabupaten Takalar.
Beberapa pelatihan dan alih teknologi dilakukan untuk mengimplementasi hasil riset dosen terutama pengembangan teknologi penangkapan ikan berbasis digital.
Hal tersebut agar nelayan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang tidak hanya menangkap ikan namun memanggil ikan.
Koordinator kegiatan kedaireka ITBM 2022, Indra Cahyono mengatakan aplikasi teknologi digitalisasi Perikanan dilakukan secara komprehensif penangkapan Ikan sampai pada pemasaran yang sudah meggunakan teknologi android dan digitalisasi.
“Ini bertujuan untuk menjawab permasalahan nelayan selama ini,” ujarnya.
Menurutnya, nelayan akan mendapatkan keterampilan dari menentukan fishing ground (daerah penangkapan ikan) menggunakan aplikasi terkini pada android, membuat bioreeftech, dan apartemen ikan inovatif untuk memanggil ikan berkumpul pada areal itu, sehingga nelayan tidak perlu mengeluarkan biaya BBM untuk menangkap ikan.
Wayan Kantun, tim pada kegiatan ini, mengatakan, nelayan juga dilatih dengan teknologi LED dalam air untuk lebih mengoptimalkan hasil tangkapan karena kemampuan aplikasi teknologi LED dalam penyesuaian cahaya dengan spektrum mata ikan.
Selain nelayan penangkap ikan kegiatan kedaireka ini juga melakukan pelatihan dan pendampingan penerapan rantai dingin dan pengolahan ikan. “Itu dengan melibatkan ibu nelayan, sehingga mempunyai keterampilan dan usaha untuk mengolah ikan bahkan limbah ikan menjadi produk yang mempunyai value added bagi peningkatan ekonomi keluarga,” jelas Nuraeni sebagai Ketua Tim Kedaireka.
Kedaireka ini juga melibatkan 12 mahasiswa dengan berbagai program studi seperti Ilmu kelautan, Pengelolaan sumberdaya peraiaran, Teknologi Hasil Perikanan dan Budidaya perairan, beserta 6 dosen pendamping yang selalu berada di setiap kegiatan berlangsung.
Kedaireka dan matching fund menjadikan terjalinnya kolaborasi yang lebih mendalam dan menyeluruh antara perguruan tinggi dengan industri, sehingga perguruan tinggi dapat menghadirkan solusi terbaik untuk berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat.
Kolaborasi tersebut akan mendorong perguruan tinggi mencapai IKU, memantapkan perannya dalam mewujudkan Kedaulatan Indonesia dalam Reka Cipta,dan mewujudkan cita-cita Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Respons yang sangat positif diberikan dari mulai nelayan seperti Dg Ujung dan dg Nompo saat mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang diimplementasikan kepada mereka bahkan tawaran kerja sama dengan 2 Industri pengolahan Ikan (Global Pratama dan Banua Laut Nusantara) serta perbankan setempat.
Seperti diketahui, Perikanan tangkap memiliki peran penting dan strategis di Indonesia, sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, sumber pangan khususnya protein hewani, dan penyedia lapangan kerja Sejak Januari – Oktober 2021 nilai ekspor produk perikanan mencapai USD 4,56 miliar atau naik 6,6% dibanding periode yang sama tahun 2020 dan untuk menempati peringkat 5 besar negara eksportir perikanan, nilai ekspor sedikitnya 8,2 miliar dollar AS pada 2024.
Nelayan adalah bentuk pelaku usaha kecil mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan.
Makanya lewat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melakukan terobosan melalui Transformasi Dana Pemerintah untuk Pendidikan Tinggi yaitu dengan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Salah satu implementasi MBKM tersebut dengan Program KEDAIREKA Matching fund yang diharapkan akan mendorong terbentuknya ekosistem kolaborasi yang lebih erat dan terakselerasi antara kampus, Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) untuk mengembangkan konektivitas pengembangan ilmu dan teknologi di perguruan tinggi dengan industri.(*/ham)