Rupiah sempat menembus Rp15.500 per dolar. Pemicu utama pelemahan rupiah adalah Bank Central AS (The Fed) yang sangat agresif menaikkan suku bunga. Hari-hari ke depan, rupiah masih berisiko tertekan. Meskipun Indonesia mengalami tekanan, setidaknya masih lebih baik dibanding kondisi India, Thailand, dan Malaysia.
Soal resesi, Indonesia tergolong “bandel”. Dalam beberapa kali resesi, Indonesia terdampak namun tidak sampai tumbang dan mesti “opname” lama. Cepat bangkit lagi. Bahkan disebut “kebal’ terhadap resesi. Persepsi perekonomian tetap positif. Perekonomian tetap bertumbuh meski agak lambat, masyarakat mengeluh tekanan ekonomi namun tetap happy.
Dari beberapa sumber pemberitaan disebutkan, pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan tetap tinggi hingga akhir 2022. Bank Indonesia (BI) optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 4,5-5,3% dengan bias ke atas. Demikian diungkapkan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Kamis.
Itu berarti tetap ada harapan, kondisi dalam negeri masih agak stabil, meskipun kondisi tidak menentu. Kondisi ini sebetulnya bisa semakin kuat, andai kata negeri ini tidak disibukkan dengan urusan-urusan, misalnya persoalan di lembaga kepolisian yang – entah kenapa — akhir-akhir ini banyak ditimpa masalah. Juga tidak disibukkan dengan keinginan bagaimana melanggengkan kekuasaan.
Kalau energi itu digunakan maksimal untuk menghadapi bagaimana ancaman resesi global 2023, ketika badai resesi benar-benar melanda, negeri kita bisa berdiri stabil. Kita bisa melihat bagaimana kenyataan yang dihadapi negeri besar seperti Inggris, awal resesi sudah membuatnya terpuruk. Dalam tiga bulan terjadi dua kali pelantikan perdana menteri lantaran tidak kuat menghadapi kenyataan – memilih mundur.
Di Indonesia, daya beli masyarakat memang menurun. Belum lagi kenaikan harga bahan bakar yang sering terjadi dalam satu tahun. Keluhan terdengar di mana-mana. Masyarakat hanya bisa pasrah atas kebijakan pemerintah tersebut sambil berharap akan ada perubahan yang lebih baik.
Suara dari lingkungan istana? Perekonomian Indonesia disebutkan masih dalam koridor yang baik. Ekonomi Indonesia masih jauh dari kata krisis. Daya beli dan daya ekonomi masyarakat masih stabil. Pemerintah berupaya mengendalikan harga-harga pangan dengan cepat.
Suara dari pengamat? Melemahnya nilai tukar rupiah dipandang sebagai kesalahan tatakelola pemerintahan. Berarti ada yang tidak stabil di dalam negeri itu. Terutama sektor ekonomi. Sebab, salah satu penyebab tertekannya nilai mata uang suatu negara adalah ketidakstabilan ekonomi di negara itu. Hal tersebut disebabkan ketidaktegasan dan ketidakkonsistenan pengendali kekuasaan di negara tersebut.
Maka mari introspeksi diri dan melipatgandakan doa. Ancaman resesi ini tidak main-main. Sungguh serius. Jangan sampai puncak resesi — dan bangsa kita justru tidak siap sama sekali. Para penentu kebijakan sibuk dengan kepentingannya masing-masing. Jangan sampai. (*)