Praktik prostitusi yang melibatkan anak-anak di Kota Makassar kian mengkhawatirkan. Mungkin lebih tepat jika disebut darurat.
Memang aparat penegak hukum sudah bertindak dengan menjaring beberapa pelakunya. Akan tetapi, hal itu terkesan tidak memberikan efek jera.
Bahkan tidak sedikit kasus prostitusi yang melibatkan anak-anak terungkap karena adanya aduan. Dari 365 kasus kekerasan terhadap anak, prostitusi yang mendominasi.
Dinas Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak Kota Makassar bahkan menyebut kasus prostitusi melibatkan anak sudah berkembang pesat. Ada banyak faktor yang memengaruhinya.
Teknologi bisa menjadi salah satu penyebabnya. Berbagai hal bisa dijumpai melalui telepon genggam. Melalui media sosial anak-anak kian mudah berselancar.
Melalui media sosial, mereka selalu menjumpai orang-orang yang memposting kehidupan mewah. Pakaian yang bagus. Kulit yang indah. Serta berpelesiran ke objek-objek wisata.
Dorongan yang kuat dari postingan itulah yang membuat para remaja perempuan itu salah arah. Mereka terbawa nafsu dunia.
Padahal perjalanan hidupnya masih panjang. Apalagi mereka yang berasal dari keluarga dengan ekonomi lemah.
Jalan pintas pun diambil. Mereka terjebak dalam dunia malam. Telepon seluler (ponsel) yang sedianya digunakan untuk belajar, justru dijadikan median untuk transaksi.
Apakah ini kesalahan pemerintah? Tidak sepenuhnya seperti itu. Akan tetapi, masalah ini sudah menjadi tanggung jawab bersama. Hanya saja, memang perlu pengorbanan besar dari pemerintah.
Di Kota Makassar, sudah ada namanya program ‘Jagai Anakta’. Hanya saja, program positif yang digagas Wali Kota Makassar, M Ramdhan Pomanto itu belum mampu dimaksimalkan jajarannya.
Edukasi ke masyarakat, khususnya para orang tua, tokoh masyarakat, masih perlu dipacu. Apalagi memberi pemahaman pada orang tua dengan tingkat pendidikan rendah. Pastilah sangat sulit.
Saatnya fokus menangani masalah ini. Intensifkan penindakan terhadap para muncikari. Lebih perketat lagi pengawasan hotel dan wisma.
Semua harus bergerak. Lebih peka. Terlebih di situasi ekonomi yang serba sulit ini. Bukan tidak mungkin, apa yang dikhawatirkan akan semakin menjadi-jadi. Moral generasi bangsa kian rusak. Selamatkan mereka. Ayo bekerja. (_)