English English Indonesian Indonesian
oleh

Tekankan Perlindungan Kekerasan Perempuan dan Anak

FAJAR, MAKASSAR-Perlindungan kekerasan terhadap perempuan dan anak seyogianya menjadi misi penting seluruh kalangan.

Hal ini mencuat dalam diskusi peningkatan kapasitas sumber daya lembaga penyedia layanan penanganan bagai perempuan korban kekerasan kewenangan kota Makassar, angkatan ke-VIII tahun 2022, yang digelar oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Makassar.

Kegiatan yang digelar di Hotel Santika, Jl Sultan Hasanuddin, Selasa pagi ini mengangkat sejumlah problematika keperempuanan, dari kesetaraan gender, kekerasan seksual, eksploitasi hingga masalah perkawinan.

Ema Husain, salah satu aktifis perempuan yang turut menjadi pemateri dalam kegiatan itu mengatakan kekerasan berbasis gender umumnya terjadi karena adanya dominasi dari pihak laki-laki. Menempatkan perempuan pada posisi bawahan atau subordinate.

“Dalam masyarakat patriarkis, banyak budaya, kepercayaan tradisional, norma dan institusi sosial yang melegitimasi kondisi sobordinasi ini, yang menyebabkan kekerasan terhadap perempuan dilanggengkan,” ujarnya.

Adapula tren kekerasan gender berbasis online (KGBO). Meski berbasis daring dampak yang ditimbulkan sangat luar biasa sebab mempengaruhi kesehatan mental korbannya.

“Tentunya dengan mengalami dampak-dampak tersebut tentu akan berimbas pada menurunnya produktifitas korban,” sambung Ema.

Open BO Marak

Hingga Oktober, kasus kekerasan anak dilaporkan sudah mencapai 365 kasus. Salah satu yang menjadi sorotan adalah kasus prostitusi daring, alias open BO.

Kepala DP3A, Achi Soleman mengatakan, prostitusi daring umumnya terjadi karena minim pengawasan dari orang tua.

Makassar telah memiliki program gerakan jagai anakta, program ini mendorong seluruh pihak tak hanya orang tua untuk terlibat dalam mencegah hal negatif kepada anak.

“Lebih kepada jagain anak, mengarahkan mereka ke arah yang baik, dengan memberikan ruang ekspresi termasuk melibatkan anak dalam kegiatan ekstrakulikuler,” katanya.

Dalam penjaringan yang dilakukan oleh DP3A, Achi tak menampik banyaknya usia anak yang terjaring. Ini karena faktor pergaulan anak yang minim terawasi.

Mereka banyak dijerumuskan oleh teman sejawat, lalu adanya faktor keinginan dari anak yang tak bisa terpenuhi.

Menurutnya maraknya kasus ini menjadi alarm bagi seluruh pihak dalam memberikan perlindungan dan pencegahan dini ke mereka.

“Danpak yang ditimbulkan ke depannya ini kan lebih bahaya, jadi bagaimana kita mengantisipasi kejadian-kejadian seperti ini,” tandasnya. (an)

News Feed