Tragedi Kanjuruhan memicu duka segenap bangsa. Bahkan masyarakat dunia, khususnya masyarakat sepak bola turut merasakan kesedihan. Betapa tidak, ratusan nyawa melayang setelah menyaksikan pertandingan yang berujung petaka di dalam stadion, di kota Malang. Tak Cuma itu, ratusan lainnya harus di rawat karena mengalami luka berat dan ringan. Benar-benar memilukan kita semua.
Pemerintah sudah membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) yang akan mengusut penyebab kejadian tersebut. Berbagai dugaan muncul sebagai penyebab tragedi kemanusiaan tersebut. Mulai dari kelebihan jumlah penonton sampai pada penanganan kendali massa aparat keamanan yang tidak sesuai protap. Makanya kepolisian langsung mencopot puluhan pejabatnya yang bertanggung jawab atas pengamanan pertandingan di Malang tersebut. Mulai dari Kapolres sampai pada pananggung jawab lapangan. Tentu sangat penting menunggu hasil investigasi TPF untuk mengetahui penyebab pasti terjadinya tragedi atau penyebab banyaknya korban jiwa. Ini sangat penting untuk menjadi pelajaran dalam mengantisipasi potensi kejadian seperti ini di masa datang.
Meski banyak dugaan pemicu kejadian Kanjuruhan yang bersifat teknis, manajerial, dan psikologis, namun sangat penting mengantisipasi melalui upaya pendewasaan suporter. Dalam pengertian kemampuan mengendalikan diri atas kekecewaan atau euforia dengan suguhan pertandingan yang tersaji di lapangan. Kekecewaan atas kekalahan atau buruknya permainan tim kesayangan tentu sesuatu yang sangat wajar. Namun hendaknya diwujudkan dalam bentuk dukungan evaluasi agar bisa lebih baik pada laga berikutnya. Kedewasaan juga bermakna adanya kesadaran sejak awal, jika pertandingan akan selalu ada kemungkinan pihak menang dan ada pihak yang kalah. Harus disadari jika performa tim tidak selalu konstan. Bergantung sekali terhadap banyak factor. Baik factor internal individu masing-masing pemain, soliditas tim, termasuk juga kondisi-kondisi eksternal yang salah satunya adalah kondisi dukungan supporter. Makanya, terkadang tim bermain sangat bagus dan menang, sementara pada kondisi lain mereka bisa bermain buruk dan kalah. Suporter hendaknya mendukung sepenuhnya tim apapun kondisi yang dialami. Menang atau kalah.
Demikian halnya jika tim yang didukung mengalami kemenangan. Tidak perlu dirayakan terlalu efouria. Kemenangan dirayakan seperlunya. Terutama tidak perlu memancing emosi suporter lawan. Kemenangan hendaknya dijadikan bahan evaluasi, pada aspek mana penentu keberhasilan. Agar terus ditingkatkan kualitasnya. Jika kondisi seperti ini bisa diciptakan oleh suporter, maka tentu akan sangat kecil resiko terjadinya malapetaka di setiap pertandingan. Bukankah tujuan utama mendukung tim adalah menyemangati, memotivasi, dan menjaga mental tim, justru di saat mereka mengalami kekalahan. Dengan demikian, para kelompok suporter dan manajemen klub sejatinya secara terprogram dan terstruktur bersama-sama melakukan edukasi menuju kedewasaan suporter. (*)