English English Indonesian Indonesian
oleh

Ayo, Ucapkan “Alhamdulillah”!

Kegelapan kini menjadi ancaman dunia. Terutama Eropa. Hal ini seiring dengan krisis energi yang melanda sejumlah negara di benua itu. Pasokan energi utama, yakni gas, menjadi masalah yang sungguh serius. Perang Ukraina-Rusia ditunjuk sebagai sebab tersendatnya pasokan energi gas. Eropa kini harus membayar listrik lebih mahal dan terancam pemadaman.

Salah satu negara Eropa, Yunani, juga dilanda oleh krisis energi. Disebutkan oleh berita, krisis energi itu mendorong kantor parlemen Italia mengimbau mematikan seluruh lampu luar dan dalam. Krisis energi Eropa mengajak warganya agar berhemat dalam memakai energi. Krisis energi Yunani telah mendorong inflasi. Disebutkan bahwa, “pada Juli lalu, Negeri Para Dewa itu mengalami hingga 11,6% inflasi”. Berbagai kebijakan ditempuh pemerintah guna mengatasi krisis tersebut. Musim dingin dengan energi pemanas yang tidak cukup, menjadi bayangan yang mencekam di Eropa.

Suasana mencekam karena krisis energi juga melanda Spanyol. “Bukan cuma karena aliran gas dari Rusia ke wilayah itu dibatasi, tetapi juga akibat dari gelombang panas yang mengeringkan sumber air,” kata berita. Langkah penghematan tenaga listrik juga ditempuh oleh Spanyol. Sejak Agustus lalu, otoritas nasional juga telah meminta agar toko-toko, supermarket, dan gedung-gedung publik untuk mematikan lampu mereka. Ini dimulai pada pukul 10.00 malam.”Tindakan itu akan berlangsung hingga 1 November 2023. Hal ini mengingat setelah tanggal 1 November, hari-hari akan jauh lebih gelap dan jam matahari terbit akan lebih pendek akibat musim dingin”. Kondisi demikian akan memengaruhi kunjungan wisatawan ke Negeri Matador itu.

Krisis energi di Eropa memicu krisis sosial dalam bentuk pemogokan para pekerja dan demonstrasi sebagai protes ketidakmampuan pemerintah menanggulangi krisis.

Malapetaka yang melanda Eropa digambarkan juga sebagai “kiamat” Eropa. Kiamat boleh dibayangkan sebagai suatu keadaan di mana segenap ruangan gelap tanpa cahaya. Tiada cahaya sedikitpun karena tiada energi yang memungkinkan adanya cahaya. Suasana gelap berselimut iklim dingin. Itulah malapetaka.

Negeri kita, Indonesia, harga BBM naik. Tapi, belum kita menyebutnya sebagai krisis energi. Rumah-rumah penduduk masih bercahaya dari lampu listrik. Ada demo menentang kenaikan harga BBM. Tapi, kendaraan-kendaraan warga masih mondar-mandir di tempat-tempat pengisian BBM.

Mari bandingkan negeri kita dengan Eropa dan Perang Rusia-Ukraina. Ada musim hujan di negeri kita. Tetapi bukan musim dingin membeku dengan kekurangan energi gas untuk penghangat (pemanas), seperti yang mencekam bumi Eropa. Ada musim panas di negeri kita. Tetapi bukan panasnya perang seperti di sana, Ukraina dan Rusia. Rakyat di sini masih bisa tidur lelap di malam hari. Di Eropa, Ukraina, dan Rusia, lelap jugakah tidur rakyat di sana?

Kalau hal itu direnung-renungkan, meski sama-sama mengalami krisis, negeri kita Indonesia masih jauh lebih baik dan nyaman dari pada negeri-negeri orang di sana. Alhamdulillah! (*)

News Feed